Wedang Ronde Jago
Sebagai kota berhawa sejuk, wedang ronde menjadi pilihan hidangan di malam hari warga Salatiga. Wedang penghangat badan ini bisa dijumpai di sepanjang Jl. Jendral Sudirman. Karena itu sejak sore sudah berjejer para pedagang wedang ronde dengan tempat duduk lesehan. Semangkuk ronde cukup Rp 4 ribu saja.
Namun di antara para pedagang ronde itu terdapat wedang ronde Jago yang cukup kondang, terletak di belakang Pos Polisi Pasar Salatiga. Per mangkuknya Rp 8 ribu. Apa bedanya dengan wedang ronde lain? "Isi dan rasanya beda. Satu mangkuk wedang ronde berisi 11 macam. Ada rumput laut yang dipesan khusus dari pabrik dan tak dijual di tempat lain, manisan buah beligo, jeruk kipia (semacam jeruk sunkis), dan kuah jahenya lebih pekat dengan rasa ekstra pedas, sedang, atau tidak pedas. Juga ada kacang rebus, plus biji buah delima, agar-agar jeli, dan kolang-kaling. Rondenya ada dua macam, besar dan kecil. Yang kecil tak ada isinya. Yang besar berisi kacang tumbuk," papar pemiliknya, Tamara Ivone Elisabeth.
Semua isi ronde tadi dibuat sendiri. "Hari ini dibuat, langsung disajikan. Yang lebih penting, ronde kami tanpa bahan pengawet dan pakai gula asli. Semua serba fresh. Makanya jam 21.00 wedang kami biasanya sudah habis," tambah Ivone.
Ivone adalah generasi ketiga keluarga perintis wedang ronde Jago yang kerap disapa Om Shiang. "Saya menantunya. Dulu dikenal sebagai warungnya Om Shiang. Tapi pelanggan kasih nama ronde Jago. Mereka bilang, kami jagonya ronde. Kebetulan di dekat warung ada Toko Jamu Jago," jelas Ivove.
Setiap hari rata-rata Ivone menjual hingga 200 porsi ronde. "Pas musim liburan atau lebaran, pembeli membludak. Kami terpaksa pakai nomor antre, kata Ivone yang diserahi mengelola warung ronde sejak 1998 "Saya juga menambah menu baru batagor."
Mulai anak-anak, profesor, artis, bahkan Presiden SBY pun pernah mencicipi hangatnya wedang ronde jago. "Saya merasa tersanjung ronde saya dipesan khusus Pak SBY ketikabeliau berkunjung ke Salatiga."
Salatiga juga terkenal dengan tingting gepuknya. Tingting gepuk adalah makanan tradisional Cina yang lalu jadi oleh-oleh khas Salatiga sejak puluhan tahun lalu. Jenis makanan ini sangat awet, tahan hingga dua bulan asal tak terpapar matahari langsung.
Ada banyak merek titing dari sejumlah produsen skala rumahan di Salatiga. Antara lain Naga Mas, Naga Bintang, Dua Naga Berlian, Kelenteng, 2 Holoo, dan lainnya. "Kata Ayah, Lim Chui See, dulu di Salatiga yang bikin tingting cuma seorang, yang punya kelenteng saja. Setelah banyak disuka, yang lain ikut bikin. Ayah dulu jualan tingting keliling, jalan kaki antara Ambarawa-Salatiga sejak zaman Jepang," terang pemilik Ting Ting Dua Naga Berlian yang sudah memporduksi tingting sejak 1977, Ny. Widaryanti (61) atau Win.
Menurut Win yang asli Salatiga, tingting yang baik harus banyak kacangnya ketimbang gulanya. Win menggunakan resep sang ayah dalam membuat tingting. Proses pembuatannya pun masih tradisional. Kacangnya digepuk, bukan diblender.
Selama 34 tahun jualan tingting dengan manajemen tradisional, Win mengaku mampu meraih banyak pelanggan. "Kuncinya, ramah dan menganggap pembeli seperti keluarga, jadi saat kami punya produk baru mereka mau ikut mempromosikan bahkan menjualkan," papar ibu tiga anak ini.
Untuk mengembangkan produknya, kini Win menyerahkan usaha pada Anton Hermawan, putra bungsunya. Anton pun memanfaatkan media online untuk menawarkan produk dan kemitraan. Hasilnya, ia kini punya sejumlah agen di Jabodetabek. Agar terjangkau semua kalangan, tingtingnya dikemas berbeda. Yang super per kemasan isi 50 bungkus. Ukuran tanggung isi 20, dan ukuran kecil isi 100.
Rini Sulistyati / bersambung
KOMENTAR