Kuma Ramen Joint Bahan Impor
Jika ke Bandung, tak ada salahnya mampir ke Kuma Ramen Joint (KRJ). Dibuka sejak Juli 2010 lalu, awalnya KRJ hanya berupa warung tenda. Dua sahabat Yakub Raditya Bahri (25) dan Kharisma Gandhi (26) nekat menjajakan mi ramen ala Negeri Sakura ini di tepi Jalan Cimanuk No 11 A. Saking larisnya, warung berkapasitas 16 orang ini tak mampu menampung animo pengunjung yang membludak. Akhirnya, pemilik rumah di depan warung mengizinkan mereka memakai halamannya dengan sistem bagi hasil.
Radit dan Gandhi adalah penggemar ramen. Sejak SD keduanya memang senang semua hal berbau Jepang. Radit yang terkesan pada tempat makan favoritnya saat kuliah di Brisbane, Australia, lalu menerapkan konsep warung ramen di Indonesia. "Peluang bisnisnya potensial. Jual makanan berkelas tapi harganya terjangkau, jadi bisa dimakan setiap hari," ujar Radit. Meski tren kuliner cepat berganti, mereka bertekad memberikan yang terbaik pada pelanggan KRJ. "Konsumen kami beragam, dari anak SMU, mahasiswa, karyawan, sampai eksekutif muda. Untuk delivery service juga bisa."
Dalam mengadaptasi menu otentik ramen, KRJ tak menggunakan penyedap, alkohol, daging babi, dan turunannya. Sekitar 60 persen bahan diimpor langsung dari Jepang, seperti miso, udon, curry powder, shoyu, katsuobushi, dan naruto. Saling berbagi tugas, Gandhi mencari koki utama, sedangkan Radit mengurusi keuangan dan strategi penjualan.
Selain itu, KRJ juga menawarkan rasa pedas yang biasa dicari penggemar ramen. Sebutannya onikuma (level) yakni bumbu rahasia yang sengaja diracik untuk memberi rasa pedas pada ramen KRJ. Racikan onikuma antara lain cabai rawit domba, chili oil, pepper powder, dan bumbu standar sambal. Tingkat kepedasan pun ditentukan dari jumlah takaran onikuma. Makin tinggi levelnya, makin banyak onikuma yang ditambahkan. Nah, dari tingkat onikuma yang menghebohkan lidah inilah nama KRJ cepat dikenal. "Onikuma memang ampuh memancing penasaran pelanggan. Mereka ingin tahu sejauh mana mampu menaklukkan onikuma. Sering juga digunakan untuk 'mengerjai' teman atau taruhan, ha ha ha..," ujar Radit tergelak.
Ada lima menu yang tersedia di KRJ, yakni niku (sliced beef), chicken katsu, beef katsu, chicken karaage, dan Tokyo (seafood platters). Soal harga bisa dibilang sepadan dengan rasa, berkisar Rp 20-26 ribu. Masih bingung, coba saja hidangan terfavorit seperti karaage ramen, tokyo udon, chicken katsu donburi, dan beef katsu kare. Sebagai penutup, nikmati kelembutan puding karamel yang cocok untuk menenangkan lidah dari kekejaman onikuma.
Lho, memang sekejam apa si onikuma ini? "Bagi yang tak kuat pedas, level yang kami anjurkan 0-1, medium (2-4), kuat (5), jagoan (6-30), juara (31-70), Godlike (71-99), dewa juara kami (100++)," ujar Gandhi. Selain onikuma, info promosi dan diskon lewat interaksi di Twitter @KumaRamenBDG juga jadi senjata ampuh. Terbukti, dengan 10 pegawai dan seorang koki utama, KRJ mampu melayani 100-180 porsi ramen per hari. Selamat mencoba!
Makan steak tak mesti mahal, di restoran mewah, atau tersaji dengan tumpahan saus di atas daging. Nyeleneh dan tak ada aturan baku. Itulah prinsip yang dipegang Afit Dwi Purwanto, Lucy Wiryono, Wynda Mardio, dan Iswanda Mardio, empat sekawan pemilik Steak Hotel by Holycow! yang semula bertempat di emperan toko kaca film di kawasan Jl. Radio Dalam Raya, Jakarta Selatan.
Padatnya lalu lintas sepulang kerja di kawasan itu membuat banyak mata penasaran melihat antrian pengunjung di warung yang dibuka pada 15 Maret 2010 ini. Menurut Lucy, daging sapi untuk steak pada dasarnya sudah mempunyai rasa luar biasa. Tumpahan saus justru akan menutupi rasa khas daging dan "menyembunyikan" kesegarannya. "Kami jadi yang pertama menjual wagyu steak dengan harga murah berkonsep warung. Biasanya daging wagyu harganya ratusan ribu, di Holycow anak mahasiswa pun bisa makan."
Wagyu adalah daging sapi Jepang yang pembiakannya beda dengan sapi pada umumnya. Hasilnya, daging sapi wagyu lebih lembut dan juicy. Di Holycow, daging istimewa ini dihargai Rp 90-150 ribu saja. Di Minggu pertama Holycow buka, Afit kewalahan memasak 50 porsi yang selalu terjual habis. Awalnya Holycow hanya mampu menampung 40 orang. Karena selalu penuh, maka berlaku sharing table. Dari pengalaman berbagi meja ini ada saja cerita menarik dari pengunjung, seperti duduk semeja dengan menteri.
KOMENTAR