Pengajian 40 hari untuk mendoakan korban jiwa dalam tragedi Tugu Tani juga diadakan keluarga Afriyani di kediaman mereka, kawasan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Meski hanya dihadiri sekitar 20 orang, acara tetap berjalan khusyuk. Yurnelli, ibunda Afriyani, tak tampak di ruang tamu sederhana itu. Di penghujung acara, Agus Hari Susanto (30), kakak Afriyani, akhirnya datang dan bergabung dengan para tamu.
Acara tahlilan ini untuk keluarga saja?
Kami memang pernah menyampaikan ke keluarga korban, seandainya tidak bisa datang, kami akan buat (tahlilan) di rumah. Karena terlalu banyak korban, kami juga tidak bisa mendatangai semuanya. Kalau kami datang hanya di satu tempat, bagaimana dengan tempat korban yang lain?
Meski banyak keterbatasan dan kesibukan, tetap kami sempatkan. Yang penting kami berdoa. Itu intinya. Di mana pun berdoa, Insya Allah diterima. Kami juga tidak mengundang pers karena takut disalahartikan. Kejadian ini, kan, sangat sensitif dan apa pun bisa jadi opini publik.
Bagaimana hubungan dengan keluarga korban saat ini?
Saya sudah beberapa kali bertemu dengan keluarga Jepara maupun Tanah Tinggi. Saya selalu memohon mereka ikhlas, kalau memang bisa. Saya juga ingin agar mereka juga bertemu dengan Ani (panggilan Afriyani, Red.). Nanti, setelah Ani sudah agak bebas dan tidak banyak ditanya pihak kepolisian, saya akan ajak mereka bertemu Ani. Ini juga keinginan Ani. Dia mau bertemu langsung dan meminta maaf. Jadi, kalau masalah penyesalan, dia benar-benar menyesal.
Yang jelas, Ani masih depresi. Masih menangis kalau ingat kejadian itu.
Dengar-dengar Ani sedang menulis buku?
Saya juga baru tahu. Itu memang bidangnya, menulis cerita.
(Salah satu pengacara Afriyani, Achmad Suyudi SH, yang saat itu duduk di samping Agus, berujar, "Dia mengumpulkan tulisan dari sesama tahanan. Dia minta mereka menulis pengalaman pribadi masing-masing selama di dalam sel, nanti akan dituangkan oleh Afriyani ke dalam bentuk buku." Di penjara, Ani juga diketahui membuat berbagai jenis kerajinan tangan.)
KOMENTAR