Tenda biru terpasang di depan rumah pasangan Kosasih (42) dan Siti Winarti (34). Di ruang tamu, Siti berbaring ditenangkan saudara dan kerabat. Ia baru saja dengar kabar, putrinya Nur Fajar Maulida (10) yang jadi salah satu korban hanyut berhasil ditemukan di sebuah sungai di Tangerang, Kamis (23/2). Fajar adalah korban terakhir yang berhasil ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. "Mendengar kabar duka ini, istri saya syok," tutur Kosasih.
Kosasih tampak tegar. Dengan terbata-bata ia mengatakan, "Saya sudah ikhlas. Ketika hari pertama Fajar tidak ditemukan, saya sudah mengikhlaskannya. Apalagi, melihat air sungai yang begitu deras," kata Kosasih yang semula tak tahu Fajar ikut jadi korban.
Hari itu, Kosasih sedang berada di rumah ketika mendengar kabar lewat pengeras suara masjid, jembatan bambu desanya ambruk dan sejumlah warga hanyut terbawa arus. Kosasih tidak tahu jika Fajar termasuk dalam rombongan yang ikut acara Maulud Nabi. Apalagi, semalam Fajar tidur di rumah neneknya yang bersebelahan dengan kediaman Kosasih. "Fajar juga tidak pamit pergi ke acara Maulud. Saya kira, ia hanya main dekat rumah," kata Kosasih.
Bersama warga lain, Kosasih segera menuju sungai yang hanya butuh waktu beberapa menit. Sampai di sana, suasana sudah begitu riuh. Warga berusaha menyelamatkan korban. Pada hari pertama, dari sekitar 23 orang jatuh, 8 tidak ditemukan. "Waktu ikut mencari itulah ada seseorang yang mengatakan Fajar ikut tenggelam," ujar Kosasih yang tubuhnya langsung lunglai.
Apalagi, hari itu Fajar tak berhasil ditemukan. "Teman-teman menyarankan agar saya di rumah saja. Mereka takut terjadi apa-apa pada saya bila ikut mencari menyusuri sungai. Ya, saya memang syok mendengar kabar itu."
Waktu berlalu, "Tiap hari selalu ada korban yang berhasil ditemukan. Saya berharap, bila yang lain berhasil ditemukan, anak bungsu saya pun pasti ketemu. Saya sudah ikhlas. Rasanya tidak mungkin Fajar selamat. Hanya saja, istri sangat terpukul. Saya berusaha menenangkannya. Ia kembali terpukul ketika hari ini dengar berita, jasad Fajar sudah ketemu," kata bapak dua anak ini.
Kosasih menceritakan, hampir tiap hari ia selalu ke sungai. Terkadang ia mencari rumput untuk ternak kambingnya. Pagi-pagi di hari nahas itu, sekitar jam 06.00 ia juga ke sungai. Anehnya, "Tak seperti biasa, saya mencium bau tak enak yang bersumber dari sungai. Padahal warga yang lain tidak mencium bau busuk itu. Ah, saya enggak tahu, apakah itu firasat," katanya sambil terus menenangkan sang istri.
Henry Ismono
KOMENTAR