Cemburu. Begitu alasan yang disampaikan Muji saat ditemui di ruang tahanan Mapolres Nganjuk. Ia mengaku sudah dua tahun berhubungan intim dengan JS dan tinggal bersama di rumah JS. Di situ, Muji kerja sebagai pembantu, juga sebagai 'suami' JS. "Sebagai pembantu saya digaji Rp 200 ribu sebulan."
Belakangan, kata Muji, JS mulai berpaling ke lain hati. Pria yang bekerja sebagai guru dan pemain organ tunggal itu diyakini Muji main mata dengan lelaki lain. "Saya cemburu. Dulu sama saya baik sekali, lama-lama sikapnya berubah. Dia juga mulai dekat dengan beberapa lelaki lain," ujar tamatan sekolah dasar ini.
Padahal, masih menurut Muji, gara-gara JS dia jadi memiliki orientasi seksual menyimpang. "Dulu saya normal, pernah pacaran dengan wanita. Sejak tinggal dengan JS, saya dirusak."
Karena sakit hati, diam-diam ia mencari tahu siapa kira-kira yang merusak hubungannya dengan JS. Tanpa sepengetahuan sang pacar, ia mencatat nomor dan nama lelaki lain dalam daftar kontak ponsel JS. Selanjutnya, ia menghubungi mereka dan merayu agar datang ke Nganjuk. "Selain saya bubuhi racun tikus di makanan atau minumannya, saya ambil barang-barang bawaan mereka," tutur Muji.
Akan halnya JS yang kini berstatus sebagai saksi, sama sekali tak mau bicara. Setelah diperiksa polisi, Rabu (15/2), lelaki berperawakan tinggi besar ini segera lari menghindari wartawan menuju mobilnya. "Sudah, Mas.. Sudah, Mas," elaknya.
Salah seorang warga yang sempat dititipi korban oleh Muji adalah Tumini (55). Pemilik sebuah warung makan di Desa Jatirejo, Nganjuk, ini bercerita, suatu ketika dihampiri dua lelaki yang berboncengan motor. "Waktu itu bulan Januari. Lelaki yang dibonceng, perawakannya tinggi besar tapi teriak minta tolong. Saya heran, orang tidak apa-apa, kok, minta tolong," kisah Tumini.
Saat turun dari motor, pria yang kemudian diketahui bernama Romadhon itu sempoyongan dan wajahnya pucat. Tubuhnya juga basah oleh keringat. "Karena kelihatannya sakit, saya persilakan duduk di ruang tamu." Oleh sang pembonceng, Romadhon disebutkan mabuk karena kebanyakan makan bakso. "Saya heran, orang makan bakso, kok, bisa mabuk?"
Meski sudah diberi minuman hangat dan dikeroki, "Keadaanya makin parah. Suami saya lalu memanggil petugas kesehatan. Nah, temannya juga ikut pergi, katanya mau memanggilkan keluarganya. Anehnya, dompet orang yang sakit yang katanya berisi Rp 3 juta ikut dibawa pergi." Dua jam setelah dibawa ke rumah sakit, nyawa Romadhon tak tertolong.
"Sekarang saya baru tahu, ternyata orang itu yang namanya Mujianto dan sudah sering meracun korbannya," ujar Tumini dengan wajah masygul.
Gandhi
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR