Sudah hampir enam tahun aku dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Soetomo Surabaya. Tepatnya aku mulai masuk rumah sakit terbesar di Indonesia Timur ini sejak Maret 2006 lalu. Aku dirawat di Gedung Pusat Bedah Terpadu (GBPT) RSUD. Dr. Soetomo Surabaya. Di gedung ini pula aku menjalani operasi wajah pertama pada 28 Maret 2006.
Sejak saat itu, operasi demi operasi harus aku jalani di rumah sakit ini. Hingga kini sudah terhitung 16 kali operasi perbaikan wajah yang aku jalani. Aku sendiri belum tahu kapan tim dokter akan memberikan kabar, operasi perbaikan wajahku akan tuntas. Sementar itu di tahun 2012 ini, aku bahkan sudah diberitahu dokter, setahun ke depan ini mungkin aku masih harus tinggal di rumah sakit. Ya, aku pasrah saja dengan semua keputusan dokter.
Kendati begitu, tak selamanya aku hanya dirawat di GBPT. Sekitar bulan April 2009 aku dipindahkan dari GBPT ke Instalasi Rawat Inap (IRNA) Jiwa. Aku menempati ruang Anggrek I di IRNA Jiwa ini. Aku merasa lebih nyaman dengan suasana di IRNA Jiwa dibandingkan saat masih di GBPT. Sebab di GBPT sejauh mata memandang hanya tembok-tembok ruangan saja yang bisa kulihat, namun di depan kamarku di IRNA Jiwa ini terdapat taman lengkap dengan gazebonya. Saya juga mendapatkan ruangan yang lebih alami dibandingkan dengan di GBPT yang tertutup.
Meski aku tinggal di rumah sakit, namun sebenarnya aku sudah dapat beraktivitas seperti orang normal lainnya. Apalagi saat ini aku sudah punya kesibukan yang bermanfaat, yakni membuat aksesori dari manik-manik. Dari gelang, kalung, dan bros bisa aku hasilkan sendiri.
Awalnya aku tak menyangka jika hobiku ini bisa mendatangkan uang. Sebelum aku menjalani operasi di rumah sakit ini aku sebenarnya sudah pernah membuat aksesoris. Namun saat itu tak pernah terpikirkan olehku jika hobiku ini bisa dipasarkan. Ketika itu aksesori buatanku hanya kupakai sendiri. Karena pada dasarnya aku termasuk orang yang senang dengan penampilan yang terkesan glamor. Makanya aku suka berdandan dan menggunakan aksesori.
Keseriusanku membuat aksesoris ini berawal di tahun 2009. Ternyata aksesori buatanku diketahui dr. Nalini, dokter jiwa pendampingku. Oleh beliau, aku lalu diminta untuk membuat lebih banyak lagi aksesori lagi dengan berbagai macam desain dan kreasi. Hingga akhirnya pada 2010 aku mulai memberanikan diri menjual aksesori hasil karyaku.
Pada saat itu tujuan dr. Nalini memintaku membuat lebih banyak aksesori sebenarnya agar pikiranku tak hanya terpaku pada operasi saja. Apalagi saat itu operasi perbaikkan wajahku dilakukan setiap enam bulan sekali. Setelah aku pikir-pikir, apa yang dikatakan dr. Nalini benar juga. Daripada menunggu hari operasi, lebih baik waktu luangku digunakan untuk membuat aksesori ini. Selain bermanfaat, ternyata juga bsia menghasilkan.
Produk aksesori buatanku ini kemudian kuberi merek Lisa Collection. Alhamdulillah, dari hasil jualan, kini aku bisa mencukupi kebutuhan hidupku sendiri. Asal tahu saja, setiap bulan aku selalu mengadakan pameran, lho. Tak hanya ikut bazar, tapi juga di acara-acara seminar dan simposium dokter yang setiap bulan selalu diadakan. Selain itu, aku juga ikut pembinaan, sehingga setiap kali ada acara aku selalu dihubungi untuk ikut berpartisipasi.
Namun, kini tak semua event pameran maupun simposium dokter bisa aku ikuti. Soalnya, belakangan ini aku mulai merasa sedikit kewalahan. Apalagi hingga kini aku masih mengerjakan semua aksesoris sendirian. Aku belum dibantu karyawan. Tak heran jika kini aku mulai selektif memilih event pameran maupun simposium yang diadakan oleh para dokter. Selain karena persiapannya yang cukup merepotkan, aku juga kini mulai berpikir soal efektivitasnya. Jika seminar atau pameran hanya diadakan sehari, aku memilih tak ikut saja.
Dalam memasarkan produk Lisa Collection aku tak hanya mengandalkan penjualan dari acara-acara pameran maupun simposium yang diadakan oleh para dokter saja. Sesuai tren sekarang, aku juga menjual produk Lisa Collection melalu online. Setidaknya aku mulai memasarkan Lisa Collection melalui Facebook dan lewat grup BlackBerry Messenger (BBM).
Sayang, untuk akun di Facebook, sebenarnya aku ingin sekali memakai nama Lisa Collection, tetapi mungkin akun dengan nama itu sudah ada yang memakai sehingga aku tak bisa memakainya. Sedangkan untuk di grup BBM, aku masih bisa menggunakan nama Lisa Collection.
Dari semua usahaku memasakan Lisa Collection, menurutku, yang sangat membanggakana adalah ternyata keterampilan merangkai manik-manik ini bisa mengantarkan aku bertemu dengan Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Gumelar, di Katumbiri Expo di Jakarta, Desember tahun lalu. Dalam acara ekspo itu Bu Linda Gumelar juga memberikan semangat kepadaku untuk tetap berkarya. beliau berharap aku bisa menjadi inspirasi bagi perempuan-perempuan lain di Indonesia.
Kata beliau, meski kondisiku seperti ini, namun tetap bisa eksis dengan menghasilkan karya sehingga mempunyai kemandirian finansial. Dari Bu Linda pula aku mendapatkan hadiah sebuah laptop. Wah, alhamdulillah, laptop ini tentu bisa semakin menunjang kegiatanku berjualan secara online.
Kini, produk Lisa Collection juga tak terbatas terbuat dari manik-manik saja. Bekerja sama dengan beberapa teman, aku juga menjual produk kerajinan lain seperti tudung saji, tempat tisu, dan lain sebagainya. Produk-produk rumah tangga itu, bukan aku sendiri yang membuat, tetapi dari teman-temanku.
Oh ya, selama menjalani perawatan di RSUD Dr. Soetomo, aku juga sudah mempunyai banyak teman, lho. Mulai dari karyawan rumah sakit, para dokter, bahkan sampai dengan keluarga para pasien. Dari sanalah aku kini mempunyai banyak teman dan jaringan.Tak jarang, teman-temanku ini juga mengunjungi aku di rumah sakit. Bahkan, mereka pun kerap mengajak aku jalan-jalan.
Sejak enam bulan yang lalu, aku juga sudah diberikan kebebasan oleh dr. Nalini untuk jalan sendiri. Aku pun sudah merasa cukup percaya diri dengan penampilanku yang sekarang ini.
Aku sudah tak merasa risih atau aneh lagi dengan pandangan orang-orang di sekitarku. Terkadang, saat berjalan-jalan di mal, justru banyak orang yang menyapaku dan memastikan bila aku adalah benar Lisa. Dan kini aku sudah semakin terbiasa menghadapi respons mereka. Saya menganggap itu semua sebagai bentuk dukungan mereka terhadapku.
Jalan-jalan di mal, selain untuk refreshing, sebenarnya aku juga mencari inspirasi untuk membuat produk-produk lain Lisa Collection. Dari jalan-jalan itu, aku bisa melihat contoh-contoh kreasi aksesori manik-manik yang dijual. Aku jadi bisa mendapatkan ide dan kemudian aku kembangkan lagi, sesuai dengan seleraku. Hasilnya tentu saja sudah berbeda dengan yang dijual di mal. Ide membuat model manik-manik sebenarnya bukan hanya dari mal, aku juga biasa searching di internet.
Selain membuat aksesori, aku sebenarnya juga belajar melukis. Setidaknya lima buah lukisan sudah aku hasilkan. Sedangkan satu lukisan masih dalam proses pengerjaan. Melukis juga menajdi salah satu kegiatan untuk mengisi waktu luang. Aku belajar melukis dari dr. Emil, dokter yang merawatku selam aini. Kemudian, ada guru lukis khusus yang datang untuk mengajariku. Namun saat ini kegiatan melukisku sedang vakum karena aku dan guru lukisku sedang sama-sama sibuk.
Amir Tejo / bersambung
KOMENTAR