Enggak juga, sih. Kebetulan saja memang banyak yang pesen modelnya makanan. Tapi saya juga bisa membuat model binatang seperti anjing dan kucing maupun model lain. Tergantung pesanan saja.
Betulkah sculpted cake yang baik adalah yang memerhatikan detail?
Memang benar. Bukan hanya soal bentuk, tapi juga pewarnaan. Contohnya, seperti saat membuat hotdog. Saya juga harus memperhatikan warna tomat yang saya buat biar kelihatan segar dan berair. Detailnya harus muncul. Tapi bukan berarti harus mengutamakan penampilan saja.
Pada dasarnya ini, kan, cake. Selain enak dilihat, juga harus enak dimakan. Satu lagi, harus aman untuk kesehatan. Cake produksi kami tidak dibuat dengan bahan pengawet. Pewarna pun saya beli dari luar negeri yang memang sudah dijamin keamanannya untuk dikonsumsi. Selain itu, cake kami dibuat dari resep tradisional yang sudah jadi keahlian Mami.
Oh ya, apa rencana ke depan?
Untuk jangka panjang, sih, ingin punya tempat yang real untuk display kue kreasi saya. Karena selama ini, saya hanya memajang di website www.cakeetcetera.com. Tapi rasanya agak susah, ya. Karena cake ini, kan, dibuat dengan model yang personal. Padahal orang-orang datang ke toko kue, maunya langsung ambil dan beli.
Bisa juga, sih, yang dipajang model-model yang umum. Makanya perlu pemikiran panjang. Dan yang pasti ada produk cake lain yang jadi pendampingnya. Jadi pembeli bisa langsung membawa pulang barangnya.
Selain membuat kue ulang tahun, pernikahan, dan perayaan tertentu, sering terima pesanan dalam jumlah banyak dari berbagai perusahaan?
Kadang-kadang saya terima pesanan cupcake sampai 100-200 buah. Tapi saya lebih banyak melayani pesanan untuk acara-cara tertentu.
Oh ya, kapan tepatnya pulang ke Indonesia?
Tahun 2009. Saat itu saya merintis usaha benar-benar dari nol. Untuk beli bahan kue saja saya belum tahu. Bahkan belum ada asisten. Semua saya kerjakan sendiri. Sekarang saya sudah dibantu tiga asisten. Mereka mengerjakan yang simple, sementara saya khusus mengerjakan detail.
Orang terkenal pertama yang pesen ke saya adalah Chef Adhika Maxi dan Karen Charlotta. Waktu itu mereka pesan cupcake tower. Wah, rasanya senang banget dan harus bikin sebagus-bagusnya.Setelah itu makin banyak pesanan. Juga dari kalangan selebritis seperti Bara Tampubolon, Tika Pangabean, istri Tantowi Yahya, dan lainnya.
Latar belakang Anda, kan, psikologi. Kok, malah jadi "bakul kue"?
Memang, saya ambil jurusan psikologi dan konsentrasi ke pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus. Dua dunia itu jadi bagian hidup saya dan saya menemukan kebahagian di dua dunia ini. Sampai sekarang, saya bersama beberapa teman sedikit ikut membantu sekolah Triyakon di Kampung Baru, Srengseng, Jakarta Barat. Sekolah ini sebagian besar muridnya anak-anak menengah ke bawah yang berkebutuhan khusus. Kadang memang bikin trenyuh bergaul dengan mereka. Makanya sebisa mungkin kami harus membantu.
Wujudnya dalam bentuk apa?
Kalau ada acara di sana, saya sering uatkan kue untuk mereka. Bahkan sebagian dari usaha ini juga untuk mereka. Jadi klien yang pesan cake ke kami, berarti ikut menyumbang anak-anak di Triyakon. Membuat kue untuk mereka juga tidak sama dengan membuat kue untuk orang lain. Mereka, kan, enggak boleh makan high sugar. Tepung juga harus diganti dengan tepung kentang.
Kadang mereka ini kasihan, lho. Misalnya saat ulang tahun, mereka potong kue, tapi tidak boleh makan. Makanya saya selalu buatkan kue yang bisa mereka makan.
Ada rencana ke depan untuk mereka?
Saya ingin ada lebih banyak orang yang peduli pada anak-anak berkebutuhan khusus. Rencananya mau bikin seperti flash mob. Kami akan membuat kaus yang dibagi-bagikan ke banyak orang. Nah, di tempat dan waktu yang ditentukan, mereka berkumpul memakai kaos itu. Dengan begitu, orang mulai memerhatikan anak-anak kebutuhan khusus.
Ada yang mendasari kenapa menaruh perhatian ke anak-anak ini?
Pada dasarnya suka saja. Mungkin sewaktu saya masih sekolah memang sudah aktif jadi relawan di Triyakon. Saya menemukan kebahagiaan di sini.
Sukrisna
KOMENTAR