Pengusaha kue bakul lain yang ada di Medan yakni kue Bakul Merbau milik Khaidin yang terletak di Jl Merbau. " Kami memang membuat nama kue bakul ini sesuai dengan nama jalan tempat produksi kami," ujar Khaidin (46) didampingi istrinya Yuliani Lubis (30).
Jelang Imlek dan sesudah Imlek biasanya kue bakul ini harus 'disediakan' warga Tionghoa. Tapi," kue ini memang adanya saat Imlek saja, kalau sehari-hari di cari kuenya tak ada produksi lagi lho," ujar Khaidin mengaku kue bakul sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.
Ada lagi, kata Khaidin, cara memakan kue bakul versi lain yakni kue ini diberi kelapa muda yang parut lalu dimakan. " Rasanya hmm... enak betul seperti kue ongol-ongol. Ya, kami warga keturunan ini berharap di tahun Naga Air ini memberikan banyak rezeki dan mudah-mudahan tahun naga ini memberikan banyak sumbangish," ujar Khaidin berharap.
Kue bakul Ngaidin ini sudah ada sejak tahun '72 diproduksi oleh keluarga besarnya. " Kalau saya sudah generasi yang kedua." Sama seperti Phin Phin, bagi kaca mata Ngaidin makna kue bakul ini bagi generasi sebelumnya sudah ada dan itu menandakan hidup yang bagus seperti emas.
Harapan kebanyakan orang, dengan mencicipi kue bakul pada tahun ini, akan didapatkan kehidupan yang lebih bagus untuk tahun berikutnya. Apalagi," sekarang kebanyakan kue bakul dibuat orang untuk melengkapi parcel. Kue bakul ini bisa dimakan orang setelah dibuat untuk sembahyang."
Menurut Khaidin, saat usaha kue bakul ini dialihkan padanya, di awal-awalnya masih susah-susahnya. " Hanya memulai dengan produksi 150 kg bahan baku, ketan pulut putih dan gula pasir putih. Namun, pernah sih saat jaya-jayanya, saya sampai memproduksi kue bakul ini mencapai 5 ton. Tapi, begitu pun, saat ini kesulitan itu muncul lagi. Bahan baku sudah mahal lho, harganya melonjak jadi 3-4 kali lipat dari harga tahun lalu. Sekarang, untuk sekali produksi tergantung permintaan orang saja sekitar 1 ton - 4 ton, " ujar Khaidin menjelaskan akan 'melempar' kue bakul ini ke pasar-pasar di Medan bahkan keluar daerah hingga ke Pekanbaru, Kalimantan dan lain-lain.
Kue bakul Khaidin dibanderolnya Rp 28 ribu/kilo, " Untuk satu kilo kue bakul isinya 4 kue bakul, kalau yang ukuran lebih kecil lagi bisa dapat 8 buah. Ukuran kue bakul ini yakni ukuran ½ kg, 1 kg dan 2 kg. Ada lagi kue bakul yang khusus dipesan orang untuk permintaan sembahyang. Biasanya pesannya bertingkat-tingkat dan jumlahnya mesti ganjil 1, 3 hingga 5 tingkat."
Menurut Khaidin, bahan baku kue bakul ini hanya dua macam saja, ketan pulut putih dan gula. Perbandingan bahan bakunya 1:1. Cara membuatnya yakni," ketan pulut dicuci bersih terlebih dahulu, kemudian ketan pulut yang masih basah itu 'dipres' sampai kering.
Setelah ketan pulut putih setengah basah diaduk bersama gula cair dengan menggunakan blender. Untuk memasak kue bakul ini kami menggunakan plastik. Tujuannya, agar kue bakul cepat matang. Nah, ketahanan kue bakul ini tergantung penyimpanannya lho. Kalau penyimpanannya bagus, ketahanannya bisa sampai setahun lho," tutur Khaidin menjelaskan kue bakul ini penting dicari pada saat Imlek.
Kue bakul, kata Khaidin, dulunya cetakannya dari rotan yang berbentuk keranjang atau bakul. Tapi," sekarang kue bakul ini bikinnya pakai kaleng aluminum yang anti karat, jadi kesimpulannya dibikin pakai cetakan," uja Khaidin yang memiliki delapan orang pekerja," biasanya pekerja wanita tugasnya yang ringan-ringan saja. Sehari-hari Khaidin memerlukan empat dapur untuk produksi kue bakul ini. Biasanya orang mesan kue bakul ini sepuluh hari sebelum Imlek, " ujar Khaidin menjelaskan untuk produksi setengah ton kue bakul dia membutuhkan waktu 13 jam.
Debbi Safinaz
KOMENTAR