Sejak Januari 2010, produk makanan anak Mamma Kanin yang berlokasi di Bintaro, Jakarta, ini dijalankan Ranty Heruwanto (57) bersama dua putrinya, Inta Heruwanto (29) dan Dira Heruwanto (32). Menurut Inta, semula sang kakak, Dira, selalu memberi makanan rumahan kepada anaknya, Luminara. "Anaknya tidak pernah diberi makanan instan karena makanan yang dijual di pasaran banyak mengandung pemanis dan pengawet," papar Inta .
Saat Dira bekerja, Luminara selalu dititipkan ke rumah sang ibu. "Mama pada dasarnya suka masak sejak dulu. Lalu, Mama mengombinasikan ilmu masaknya dari resep keluarga turun temurun dengan pengetahuan seputar makanan bayi dari Dira."
Ternyata makanan tersebut malah banyak dipesan teman dekat mereka. "Mama pun terpikiran membuat usaha, apalagi melihat susahnya mencari makanan bayi sehat di pasaran. Lalu Mama mengajak saya yang baru pulang menamatkan master degree di International Business and Entrepreneurship dari Mälardalen University di Swedia untuk membuka usaha."
Awalnya, Dira membantu menjawab pertanyaan para ibu yang datang via email dan chatting. "Tapi karena sekarang Dira kembali bekerja kantoran, ia hanya sebagai pengawas dari jauh saja. Meski begitu kami tetap berdiskusi sat ada pertanyaan dari para ibu seputar makanan bayi."
Karena penanganannya sudah lebih serius, usaha ini mereka beri nama Mamma Kanin yang diambil dari Bahasa Swedia, artinya Ibu Kelinci. "Awalnya, Mama hanya memasak, sementara saya mengurusi bisnis dan marketingnya. Tapi akhirnya saya juga harus terjun ke dapur dan ikut masak. Alhamdulillah, pesanan semakin banyak."
Inta mengaku, tak mudah mengawali bisnis ini karena agak sulit meyakinkan konsumen. "Pemberian MPASI, makanan pendamping ASI, sebaiknya diberikan minimal anak umur 6 bulan. Kami, kan, mengikuti aturan WHO." Begitu juga dengan pemberian gula dan garam dibatasi untuk bayi. "Produk kami tanpa tambahan gula, garam, susu, pengawet, dan penyedap. Sebagai gantinya, kami pakai buah-buahan untuk rasa menambahkan manis."
Nah, repotnya, "Orangtua sering tak tega memberi makanan ke anaknya kalau makanannya tanpa rasa atau hambar. Padahal, yang merasakan hambar, kan, orangtuanya bukan anaknya," kata Inta yang mengaku senang tiap hari seperti memasak buat anak dan keluarga sendiri. "Kami memperlakukan konsumen seperti keluarga sendiri."
Namun Inta agak bingung saat ditanyakan berapa modal awalnya. "Waduh agak sulit, ya. Karena pada dasarnya Mama suka masak sejak muda. Jadi, segala peralatan seperti oven dan kompor memang sudah ada sejak dulu. Modalnya, ya, yang ada di dapur kami saja."
Lalu, apa yang menjadi ciri khas Mamma Kanin? "Setengah bahan-bahannya organik. Mengapa setengah? Soalnya tak mudah mencari bahan organik yang bagus di sini. Dan semua makanan kami selalu fresh, tidak pernah menyimpan stok," cerita Inta.
Makanan yang disediakan Mamma Kanin bisa dilihat di http://mobile.mammakanin.com. Misalnya frozen purees Rp 15 ribu/pak, cookies Rp 29 - 100 ribu, baby meals untuk uisa 8 bulan Rp 20 - 35 ribu, yakni baked macaroni, organic Beets Casserole, frozen stock kaldu ayam dan sapi Rp 15 ribu/pak, atau rissoles dan Indonesisch Pastei mulai Rp 20 ribu - Rp 35 ribu.
KOMENTAR