Selama 1 tahun 10 bulan bersamaku, perkembangan Jason sungguh luar biasa. Aku memasukkanya ke program homeschooling untuk mengejar ketertinggalannya. Minat Jason juga mulai kelihatan. Dia suka sekali pada bidang-bidang teknis. Mungkin dia merasa nyaman sehingga bisa belajar dengan tenang. Sebelum ini, pikirku, pasti kondisi psikologisnya terganggu juga.
Bukan mau memuji diri sendiri. Coba tanya ke ibu-ibu di seluruh Indonesia, siapa yang paling sibuk ketika anaknya akan ulangan? Siapa teman belajar anak-anaknya? Siapa yang paling gundah jika prestasi anaknya jeblok? Pasti jawabnnya, "Ibu." Ya, aku juga begitu. Aku tak ingin masa depan Jason suram gara-gara sekolahnya berantakan.
Makanya begitu Jason kembali diambil Pater, hatiku rasanya tak karu-karuan. Belum lagi masalah pidana yang kini kuhadapi, semakin menambah kegundahan hati. Seumur hidupku, baru kali ini aku merasa menjalani drama kehidupan yang begitu berat.
Aku sungguh-sungguh tak tahu lagi harus ke mana lagi. Yang kuinginkan hanyalah bertemu Jason dan merawatnya. Oleh sebab itu aku berharap ada pihak yang bisa menjembatani pertemuanku dengan Jason. Tanyakan saja kepada Jason di hadapanku dan Peter, dia mau ikut siapa? Kuharap kata 'Mama' yang keluar dari bibirnya...
"Ini bukan pertama kalinya Sisca berusaha menculik Jason," ujar Peter Soetanto saat melakukan jumpa pers (Rabu,12/12). Saat Jason masih berada di Singapura, sebutnya, "Sisca sudah pernah berusaha menculiknya sampai empat kali. Beruntung pihak kepolisan Singapura berhasil mencegah upayanya."
Selain kukuh menuduh Sisca menculik Jason, Peter juga menduga Sisca tak menyekolahkan Jason. Padahal, putranya itu memiliki kebutuhan khusus. "Selama tinggal bersama saya, Jason selalu cek penyakit disleksia enam bulan sekali," tuturnya.
Nendi Heryadi, kuasa hukum sekaligus juru bicara Peter, menambahkan, pihaknya berharap semua lapisan masyarakat mampu melihat kasus ini dengan imbang. "Terkait dengan penangguhan penahanan atau keingiannya melaporkan kasus ini ke Komnas HAM, klien kami menyerahkan sepenuhnya ke prosedur hukum. Kami percaya semua proses hukum yang akan dijalankan dapat dilaksanakan secara adil," harapnya.
Nendi juga menekankan, setelah tinggal kembali dengan Peter, Jason terlihat lebih bahagia. "Jason senang bisa kembali bersekolah dan kembali menjalani pengobatan disleksia yang dideritanya sejak tahun 2002." Jason memang didiagnosa mengalami kurangnya cairan otak sebelah kiri yang membuatnya sangat lamban berpikir, terutama membaca dan menulis. "Padahal, kemauan atau keinginan Jason sangat kuat untuk bersekolah," lanjut Nendi.
Secara fisik, menurut Nendi, Jason tidak banyak berubah. "Mungkin ke depannya akan kami periksa secara psikologis, bisa saja kejadian kemarin mempengaruhinya," ucapnya.
Hanya satu permohonan Peter terhadap kasus yang kini melibatkan anaknya itu. "Kepada semua pihak, terutama kepada organisasi pemerhati anak, hormatilah hukum dan proses pengadilan yang sedang berjalan. Jangan terlalu dilebih-lebihkan sehingga terkesan mereka hanya membela kepentingan Sisca."
Sukrisn, Edwin
KOMENTAR