"Sampai sekarang saya masih takut kalau mau naik lift. Apalagi kalau lihat satpam dan sepatu botnya," ujar Mega. Selain itu, katanya dalam jumpa pers Rabu (14/12), ia juga bersedih karena dicibir banyak orang gara-gara ayahnya mengadukan Sunarya, satpam yang menendangnya ke polisi. Kecaman bertubi-tubi bisa dilihat dari dukungan publik untuk Sunarya. Di Facebook, misalnya, akun Gerakan 1 juta Facebookers Mendukung Satpam Penendang "Suster Ngesot" hingga hari ini telah memiliki lebih dari 15 ribu pendukung. "Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dan hanya lihat dari satu pihak," kata Mega.
Yang agak mengejutkan, Mega mengaku tak akan mencabut laporan penganiayaan yang dilayangkannya kepada polisi. "Saya sudah memaafkan dia karena menendang saya tapi proses hukum biarlah tetap berlangsung," lanjut mahasiswi Fashion Business Rafles Institute ini.
Toh, katanya lagi, keisengan yang dilakukannya memang murni lelocun belaka. Apalagi, "Saya juga penakut. Nonton film horor saja saya tidak suka," katanya.
Kejadian malam itu, sebut Mega saat jumpa pers, semakin janggal karena ia merasa satpam sudah tahu ia bukan suster ngesot sungguhan. "Teman saya di lift mendengar satpam bicara pelan, 'Sini saya saja, ini sudah dua kali.' Padahal, saya baru sekali ini pura-pura jadi suster ngesot. Kalau sebelumnya pernah kejadian, itu bukan saya!"
Rambut Paling Panjang
Kasus ini berawal saat Mega dan beberapa temannya berlibur ke Bandung, Jumat (9/12) dan menginap di apartemen milik orangtuanya. Setelah makan malam, mereka menyusun rencana spontan demi memberi kejutan kepada Fitra Mahaly (18) yang sedang berulang tahun. "Karena rambut saya paling panjang, saya didaulat jadi suster ngesot," ujar Mega.
Awalnya rencana berjalan mulus. Fitra yang masih berada di luar bersama teman-teman lain, diminta datang ke AGC nomor 2217 di lantai 22, sementara Mega dan tiga orang lain menunggu di lantai 17. Dengan baju putih ala kadarnya dan tanpa make up, Mega mengambil posisi duduk ala suster ngesot.
Tak lama, Fitra naik lift dari tempat parkir di basement. Di luar dugaan Mega, satpam dan petugas housekeeping ikut naik dalam lift barang tersebut. Begitu pintu lift terbuka di lantai 17 yang tombolnya sudah ditekan Mega, Fitra memang sempat kaget melihat sosok "suster ngesot" jadi-jadian yang diperankan Mega.
Yang kemudian terjadi, jelas di luar dugaan Mega. Sunarya beringsut maju dan menendang wajah nya. "Tiba-tiba semua menghitam dan ketika bangun sudah berada di kamar," kisah Mega. Setelah sadar sepenuhnya, Mega minta dipertemukan dengan Sunarya. Karena tak kunjung datang, teman-teman Mega melarikan Mega ke RS Advent, Bandung. "Cuma dua jam di situ, diberi oksigen dan infus, setelah itu saya minta pulang ke apartemen," tutur Mega yang kemudian terlelap di apartemen setelah menelan obat penenang pemberian dokter.
Sabtu siang barulah Mega mengabari Mitha, kakaknya, perihal kejadian semalam. Sontak keluarga Mega panik. Meradang karena merasa putrinya "dianiaya" Sunarya, Mahfud Djabir dan Titin, orangtua Mega, melaporkan Sunarya ke Polrestabes Bandung.
Bahwa kemudian mereka melapor ke polisi, kata Titin, sesungguhnya akibat perasaan kesal akan reaksi apartemen yang dirasa kurang berkenan. "Minta maaf pun tidak!" katanya. Memang, Sabtu pagi pihak apartemen sempat menelepon kediaman Mahfud di Jakarta. Namun karena Titin dan Mahfud sedang pergi, hanya pembantu yang menerima telepon tersebut.
Duduk perkara ini baru dibincangkan bersama Manager dan Kepala Sekuriti AGC setelah Titin dan Mahfud sampai di Bandung. "Mereka ngotot Mega meresahkan penghuni AGC dan bersikeras satpam tidak bersalah," ujar Mahfud. Kala itu, lanjut Mahfud, masih belum ada kata maaf terucap dari pihak AGC. "Seandainya saat itu mereka minta maaf, bisa jadi saya luluh. Tapi ini sama sekali tidak ada. Kesannya, kok, arogan sekali," kata pebisnis batubara yang sempat membawa massa sebuah ormas untuk berembuk dengan AGC ini.
Akibat kejadian ini pula, Mahfud mengaku memutuskan untuk menjual saja unit apartemen miliknya itu. "Melihat kejadian seperti ini, kami sudah tak ingin punya apartemen di situ."
Bukan hanya Mega yang trauma setelah kejadian ini, Sunarya pun hingga kini juga masih syok karena dilaporkan ke polisi dan jadi buruan wartawan.
Yang pasti, pihak AGC yang diwakili Ossie Himawan mengaku akan memberi perlindungan penuh pada Sunarya. "Setelah kejadian itu, dia kami beri waktu istirahat dua hari. Tidak akan ada sanksi karena dia hanya menjalankan tugas," ujar Ossie. Meski tak dipecat, Sunarya yang sudah hampir lima tahun bekerja di AGC ini kini dipindahtugaskan dari AGC menjadi staf satpam di kantor lain.
Selama dua hari istirahat, ujar Ossie, Sunarya menenangkan diri di rumahnya yang terletak di daerah Malangbong, Garut. Bahkan dikabarkan Sunarya sudah tak bekerja lagi di apartemen itu. Selama ini, ayah dua anak ini memang pulang pergi Garut-Bandung untuk bekerja. "Dia tak pernah neko-neko. Pemilik apartemen pun harusnya juga tahu tata tertib dan menghargai fasilitas apartemen sebagai milik bersama."
Ossie juga menegaskan, AGC tak gentar meski orangtua Mega melapor ke polisi. Selain memiliki bukti rekaman kamera CCTV, Ossie juga yakin Sunarya tak bermaksud melakukan penganiayaan. "Itu refleks saja. Apalagi, dari data CCTV, kejadian serupa pernah terjadi pada tanggal 18 November." Dari rekaman itu, AGC berasumsi pelakunya adalah orang yang sama.
Ossie jelas menyayangkan Mega dan teman-temannya tidak melakukan koordinasi dengan pihak keamanan. "Itu, kan, hampir jam 02.00, saat orang sudah pada tidur. Satpam tugasnya, ya, memonitor setiap lantai." Sedangkan soal permintaan maaf yang begitu diributkan Mahfud, katanya, sebenarnya sudah dilakukan AGC. "Tapi tidak ditanggapi," ujar Ossie yang mengaku tak mau menuntut balik Mega.
Ade Ryani HMK, Swita Amallia / bersambung
KOMENTAR