Toko Kue Ardial Produksi Camilan Eksklusif
Suasana di Toko Ardial, Jl. Basuki Rahmat tampak selalu ramai. Para pembeli yang turun dari sejumlah mobil berplat nomor luar daerah terlihat sibuk memilih aneka kue kering dari etalase toko. Beragam camilan tradisonal dan kue-kue khas Jawa Timur tersedia di sini. Dari bagiak, enting-enting kacang, jenang tape, sale pisang, semprong tape, stik sayuran, dan lainnya. "Jumlah pembeli semakin meningkat di hari Sabtu dan Minggu atau musim liburan," papar Rosalina (47), pemilik Toko Ardial.
Didampingi suaminya, Abdul Hadi (47), ibu empat anak ini juga menceritakan, ia merintis usaha toko kue ini sejak 2001. Awalnya, ia tak pernah terpikir tokonya akan menjadi salah satu pilihan para pendatang untuk membeli makanan khas atau oleh-oleh Banyuwangi. "Saya baru merasakan, ternyata memiliki usaha seperti ini enaknya cuma 10 persen, yang 90 persen sisannya terasa enaaak sekali," selorohnya sambil tertawa.
Sebelumnya, Rosalina lebih banyak membantu usaha milik sang suami yang pengusaha mebel untuk memasok kebutuhan pasar luar negeri. Sayang, kejayaan usaha mebelnya mendadak sirna akibat bom Bali I. "Bukan cuma usaha mebel kami saja yang bangkrut, seluruh pengusaha yang berhubungan dengan turis di Bali ikut gulung tikar," timpal Abdul Hadi.
Manfaatkan Peziarah
Di tengah usaha yang mulai surut, Rosalina menawarkan ke suaminya untuk membuka usaha makanan. Pertimbangannya sederhana, di seberang rumahnya adalah makam Datuk Malik Ibrahim, ulama besar penyebar agama Islam di kawasan Banyuwangi. Saban hari makam itu didatangi peziarah dari berbagai daerah.
Setelah mendapat lampu hijau dari suami, ia mulai membuka toko kecil-kecilan. Ia masih ingat persis, modal awal usahanya sebesar Rp 600 ribu, hasil menjual sepeda motor. Pertama kali toko dibuka, makanan kecil yang dijual sebagian besar masih mengambil dari luar, hanya sebagian kecil saja yang diproduksi sendiri. "Sebenarnya saya tak bisa bikin camilan, tapi berbekal belajar dari resep dan uji coba di dapur, akhirnya bisa," ucap Rosalina.
Tak lama setelah buka toko, banyak peziarah sebelum pulang ke daerahnya menyempatkan diri membeli makanan kecil dan minuman di toko milik Rosalina. Sejak itu, usahanya kian berkembang. Semula, Rosalina yang cuma dibantu 1-2 karyawan, selanjutnya dibantu 16 karyawan. Dari penjaga toko sampai pembuat aneka camilan. Seiring berjalannya waktu, pembelinya bukan hanya para peziarah saja, warga Banyuwangi pun telah menjadikan tokonya sebagai pilihan untuk membeli oleh-oleh.
Rosalina pun mulai mengatur strategi. Puluhan produk camilan yang ada di tokonya sebagian besar sudah dibuat sendiri. Pertimbangan utamanya, tentu untuk menjaga kualitas produk jualannya. Dengan membuat kue dan aneka camilan sendiri, ia tentu lebih bisa mengkontrol dan memilih bahan-bahan terbaik untuk camilannya. "Kalau masih beli dari luar, ketika ada kekurangan, imej jeleknya pasti akan melekat ke toko saya. Pembeli, kan, tidak mau tahu soal itu," tukas Abdul Hadi.
Hingga saat ini, setidaknya sudah ada sekitar 30-an jenis produk camilan buatan Rosalina, namun camilan lainnya masih ada yang mengambil dari pemasok lain. Tapi, secara kualitas sudah diteliti terlebih dulu. Kue-kue dan camilan yang sudah dibuatnya antara lain stik tempe, stik sayur bayam, stik seledri, dan lainnya. Yang membuat produknya lebih ekslusif lagi, Rosalina tak menjualnya di tempat lain. "Kalau mau beli camilan bermerek Ardial, ya, cuma di sini," imbuh Abdul Hadi.
Soal pembuatan stik tempe buatannya, Rosalina dan Abdul Hadi punya kisah tersendiri. Semula, mereka membuat kripik tempe. Ternyata tak berhasil baik. Daripada kedelai terbuang percuma, mereka berekspreimen. Sisa kedelai dilumat lalu diberi bumbu dan dibentuk stik, lalu digoreng. "Lha, kok, enak. Sejak itu pembuatan stik tempe kami lanjutkan sampai sekarang," papar Rosalina seraya mengaku, dalam sebulan omsetnya bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Gandhi Wasono M / bersambung
KOMENTAR