Sungguh aku ikhlas harus melepas Alvin dengan cara seperti ini, meski dadaku masih terasa sesak. Maklum, ia menjadi satu-satunya anak lelakiku, sekaligus satu-satunya lelaki di keluarga kami. Sejak ayahnya meninggal sekitar sembilan tahun silam, Alvin menjadi pelindung bagiku dan kakak-kakak perempuannya, Rini dan Reni. Bahkan, Alvin juga yang menjadi wali nikah Rini bulan April lalu.
Meski di luar terkesan sebagai anak yang mandiri, di rumah Alvin suka bermanja-manja denganku. Mungkin karena ia anak bungsu, ya. Semua ia ceritakan padaku. Mulai dari kegiatannya saat ngeband hingga soal cewek-cewek yang sedang mendekatinya. Kalau pulang dari manggung dan sudah larut malam, ia suka ikut tidur bersama kami. Padahal, kamarnya yang penuh dengan piala kejuaraan musik dan satu set drum, tidak ada yang menempati. Takut tidur sendiri, katanya. Duh, semua kenangan manis ini semakin membuat sesak dadaku.
Sejak kecil Alvin gampang diatur dan tak pernah nakal. Bakat musiknya juga sudah terlihat sejak ia masih kanak-kanak. Saat kelas 4 SD, ia melihat tayangan musik di televisi dan jatuh cinta pada alat musik drum. Sejak itu, seingatku, setiap hari ia berlatih secara otodidak. Saat sekolah di SMP Muhammadiyah Cawang, ia sudah mulai ngeband. Aku sebagai ibunya tentu bersemangat mendukung bakatnya. Dengan rajin aku mengantarnya ke berbagai perlombaan atau acara sekolah. Sesekali aku juga menengoknya latihan di studio musik kecil di dekat rumah. Untuk menambah semangat Alvin, aku belikan satu set drum untuk berlatih di rumah.
Menginjak SMU, Alvin semakin sering mengikuti perlombaan musik. Beberapa kali ia juga merebut piala best drummer karena kepiawaiannya menggebuk drum. Wah, tentu aku jadi semakin yakin dengan bakat anakku. Aku juga luluh saat ia bilang tak mau meneruskan kuliah dan memilih mengambil les drum di Chics, Rawamangun. Nanti, kalau sudah mapan di musik, katanya, baru dia mau memikirkan kuliah.
Ya sudahlah, pikirku, toh memang bakatnya ada di situ. Belakangan, ia mulai dapat banyak tawaran manggung. Termasuk ditarik menjadi additional player untuk Band DOT, band milik mantan artis cilik Eza Yayang. "Bu, doain Alvin sukses jadi artis biar bisa banggain keluarga. Ibu mau naik haji lagi bisa, semua bisa," ujarnya suatu kali. Menetes air mataku bila mengingatnya.
Ada yang aneh sebetulnya, sebelum Alvin menghadap Sang Pencipta. Di hari nahas itu, sebelum berangkat dari rumah, Alvin berpamitan hingga tiga kali. Siang itu aku memang berencana pergi ke rumah Reni di Tangerang. Reni sendiri sedang menunaikan ibadah haji. Sebelum aku pergi, Alvin pamitan. Anehnya, tak lama setelah pergi, Alvin balik lagi ke rumah. Begitu terus sampai tiga kali. Wajahnya seperti kebingungan. "Kenapa balik lagi?" tanyaku saat itu. Dia bilang, "Kuncinya lupa. Ibu hati-hati, ya," jawabnya seraya mencium tanganku.
Tak kusangka, itulah kali terakhir pertemuanku dengan Alvin. Sekitar pukul 21.00, aku yang sudah berada di Tangerang mendapat telepon dari Yoga, menantuku. Suaranya terdengar panik. "Bu, Alvin pingsan. Tolong Ibu segera pulang ke Cililitan." Berhubung Yoga hanya menyebut Alvin jatuh pingsan, aku tak punya pikiran apa-apa. "Sudah, Yoga saja yang urus," jawabku. Namun Yoga seperti mendesakku. "Tapi Alvin pingsan di GBK, Bu. Ibu pokoknya harus segera pulang," ujarnya.
Deg. Seketika rasa takut menyelimuti hatiku. Entah kenapa, perasaanku jadi tidak enak. Aku yakin, pasti ada apa-apa dengan anak bungsuku. Tergesa-gesa aku minta untuk diantarkan pulang ke rumah.
Sepanjang perjalanan, aku terus melafalkan dzikir dan doa. Hanya satu yang kuinginkan, Alvin sehat walafiat di rumah. Begitu mendekati rumah, perasaaku semakin galau. Hatiku pun langsung menciut ketika melihat kediaman kami dipenuhi orang. Saat turun dari mobil, banyak yang menyambutku dengan wajah sedih dan segera merangkulku. Ya Tuhan, apa yang terjadi dengan anakku?
Sejurus kemudian, Rini sudah bersiap menyambut di depan rumah, menyampaikan kabar buruk itu. Alvin tewas terinjak-injak di GBK! Seketika aku merasa seakan melayang jauh sementara tubuhku lemah lunglai.
Swita A Hapsari / bersambung
KOMENTAR