1. Lilik Lukitowati (Blora, Katuronggo Adi Bird Farm)
Kelahiran Blora, 9 April 1957 ini adalah pemilik Katuronggo Adi Bird Farm, bendera bisnis jual-beli burung perkutut. Di bisnis yang didirikan sejak 1999 ini, Lilik adalah pengusaha wanita yang cukup disegani.
Lilik dikenal sebagai pribadi yang sayang binatang dan memiliki jaringan luas. Dua hal ini tentu sangat membantu kelancaran bisnisnya. Bahkan ketika wabah flu burung merebak, Lilik tetap mampu menjual minimal 10 perkutut setiap bulan. Berkat usahanya, Lilik dipercaya menjadi Ketua DPC IWAPI Blora dan dinobatkan sebagai pengusaha terbaik se-Indonesia tahun 2010.
2. Wuryaningtyas Hapsari (Bekasi, Green Kids Daycare)
Kegagalan pernikahan tak membuat Wuryaningtyas Hapsari terpuruk. Sedih karena harus meninggalkan anak untuk bekerja, ia lantas terpikir membuat tempat penitipan anak di kediamannya di Bekasi. Selain mengembangkan wawasan dengan mengikuti berbagai seminar tumbuh kembang anak, ia juga menyulap rumahnya menjadi area bermain yang nyaman.
Kini, setahun setelah Green Kids-Kids and Baby Daycare dibuka, sudah ada 13 orangtua yang mempercayakan perawatan anak mereka kepada Wuryaningtyas saat ditinggal bekerja. Bersama empat tenaga pengasuh, ia berharap bisnisnya bisa semakin berkembang.
3. Dra. Ambarwati Esti P.(Bintaro, Griya Roti & Kue Sehat Arum Ayu)
Di usianya yang ke 43, Ambarwati berusaha untuk selalu membagi ilmunya kepada sesama. Pemilik Griya Roti dan Kue Sehat Arum Ayu ini memberi pelajaran mengolah umbi-umbian menjadi tepung untuk berbagai resep masakan. Dari yang semula hanya berbagi kepada ibu-ibu di sekitar rumah, Ambarwati memprakarsai berdirinya Bintaro Entrepreneur Community. Lewat komunitas ini, ia mengadakan Bintaro Healthy Local Food Festival, yang salah satunya menampilkan beragam makanan yang terbuat dari tepung umbi.
Berkat dukungan Gubernur Banten dan Badan Ketahanan Pangan dari Kementerian Pertanian, Ambarawati mengajar berbagai Kelompok Wanita Tani, PKK, Posyandu, dan lainnya. Berkat penyuluhan darinya, banyak kelompok wanita kini memproduksi tepung umbi, tak hanya untuk dipakai secara pribadi tapi juga sebagai usaha.
4. Ratnawati Sutedjo (Jakarta Utara, Precious One)
Setelah mengalami sakit lumayan parah yang membuatnya tak bisa bangkit dari tempat tidur selama hampir 60 hari, rasa empati Ratna terhadap para penyandang kebutuhan khusus tumbuh. Setelah sembuh, Ratna mulai mempelajari bahasa isyarat agar dapat berkomunikasi lebih lancar dengan penyandang tuna rungu, yang banyak terdapat di daerah tempat tinggalnya.
KOMENTAR