Sulap RS Jadi "Pesantren"
Pusat Pemulihan Awak Pesawat Udara yang berlokasi di kawasan Puncak, Cipanas, Jawa Barat ini dibangun di era kekuasaan Presiden Soekarno. Kini, enam bangunan utama dan beberapa gedung pendukungnya sudah tak lagi dipergunakan. Sebelum dikelola pihak TNI AU, bangunan yang dibangun sejak tahun 1950-an ini berfungsi sebagai rumah sakit khusus paru-paru.
Karena tak lagi berfungsi, maka soal perizinan pun tak terlalu berbelit. Di lokasi ini, Letda Nana, petugas TNI AU, akan mengurus tawaran menyewa gedung untuk dijadikan lokasi syuting sinetron. Yang paling anyar, lokasi seluas 4,5 hektar ini digunakan untuk lokasi syuting Pesantren Rock & Roll. Soal harga sewa, Nana tak memberikan jawaban pasti. "Sewa atau kontrak bangunan plus tanah, sehari hanya di atas Rp 1,5 juta. Dibilang murah, mungkin iya. Dibilang mahal, tidak juga. Sebab, yang mereka gunakan, ya seluas ini. Mau dipakai gedung yang mana saja, bebas."
Khusus untuk Pesantren Rock & Roll, seluruh gedung sengaja diubah menjadi kompleks pesantren yang sederhana dan tradisional. Menurut sang sutradara, Winda, mereka memutuskan menggunakan lokasi itu karena struktur bangunannya yang mirip dengan bangunan pesantren yang ada di pedalaman Jawa Tengah. "Jadi memang cocok untuk syuting Pesantren Rock & Roll. Tempatnya juga tak terlalu jauh dari Jakarta, para pemainnya bisa terus tek-tok, kalau sedang ada kegiatan di Jakarta," kata Winda.
Kampung Khas Betawi
Kawasan RW 05, Kelurahan Karet Tengsin, Jakarta Pusat, sejak lama dikenal sebagai salah satu pemukiman kumuh yang padat penduduk di tengah kota Jakarta. Namun, Screenplay Production justru menjatuhkan pilihannya ke RW 05 sebagai lokasi syuting sinetron Calon Bini (CB). Kesesuaian skenario dan lingkungan rumah merupakan pertimbangan utama bagi pemilihan lokasi syuting. "Cerita sinetron ini berlatar belakang kehidupan kampung Betawi di pinggiran kota. Lihat saja, kampung ini seakan terpencil karena dikelilingi gedung tinggi, " kata Farid Eko Widi Nugroho (28), Assisten Unit dari Screenplay Pruduction.
Sesuai kebutuhan syuting, Eko harus menyewa sedikitnya 8 rumah. Empat di antaranya disewa secara bulanan karena digunakan secara terus-menerus sebagai base camp, tempat istirahat, dan lainnya. Rumah lainnya untuk menyimpan peralatan. Menurut Eko, dalam menentukan harga sewa berpatokan pada harga setempat. Masing-masing berkisar Rp 4-6 juta per bulan. Sisanya disewa harian, seperti rumah yang dijadikan tempat tinggal atau studio, sesuai tuntutan cerita, harga sewanya berkisar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per hari.
Rezeki Tanah Wasiat
Cerita yang berbeda datang dari pasangan suami istri H. Suwani dan Hj. Aisyah yang mengaku pernah mendapat wasiat dari sang ayah. Wasiat yang dimaksud, berkenaan dengan tanah seluas 1 hektar dan bangunan khas Betawi yang didirikan di atasnya agar tidak dijual dan tidak dijadikan lokasi rumah kontrakan.
Ketenaran rumah Betawi milik keluarga Aisyah sebenarnya sudah dimulai sejak film Indonesia berjaya di tahun 1980-an. Banyak produser film sempat mendatangi rumah itu saat proses survei. "Kalau menyebut judul-judul film dan sinetron yang pernah menggunakan rumah ini, saya lupa. Banyak, deh. Lebih dari 20 judul. Ada film misteri juga. Sinetron Arti Sahabat juga pernah syuting di rumah ini," papar Aisyah.
Rumah ini pertama kali dibangun tahun 1985, dan langsung digunakan untuk lokasi syuting pada tahun 1988. "Saya lupa judulnya. Kalau tidak salah, Anak Teraniaya. Pokoknya, waktu itu ayah saya menyewakan rumah ini dengan bayaran per hari Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu. Sekarang sudah sampai Rp 800 ribu hingga Rp 1 juta per hari."
KOMENTAR