Usaha kaos sablon satuan juga ditekuni Agung Santoso (38) dan Purnama Wurdiany (38) sejak dua tahun lalu. Bekerja di perusahaan minyak, pasangan suami istri yang juga fans klub sepakbola Chelsea ini awalnya iseng membuat kaos sablon untuk komunitas bola tadi. Karena banyak yang suka, dua gerai kaos bola mereka buka di bilangan Depok dan Senayan.
Namun agar lebih mudah mencari bahan baku, workshop pun dipindah ke bilangan Klender, Jakarta Timur. Untuk mempercepat penjualan desain, akhirnya diterapkan konsep pembuatan kaos sablon secara satuan dengan desain beragam dan customized. "Banyak orang ingin menunjukkan jati diri dan idealismenya, ada juga yang membuat kaos untuk komunitas hobi," ujar Agung yang juga menekuni usaha distro sejak 2004.
Nama SAKASA (sablon kaos satuan) cepat populer, karena dengan mudah ditemukan di forum online, Facebook, dan website. Cara pemesanan juga tertera jelas di website www.sakasa.com. Konsumennya berasal dari Jabodetabek, Sumatera, Kalimantan, hingga Indonesia Timur. "Untuk jumlah satuan, maksimal tiga hari kaos sudah siap dikirim. Mereka bebas memilih ukuran, warna, dan desain. Asal semua dikomunikasikan via email di awal pemesanan," jelas Agung.
Jika tak ingin repot, SAKASA juga menyediakan desain yang sudah siap diproduksi. Atau konsumen bisa mengirim master desain berupa foto resolusi high rest dengan aplikasi Corel Draw, Illustrator. "Kalau ukuran gambar terlalu kecil, sablon akan pecah. Dan untuk dibuatkan desain serupa, akan dikenakan biaya tambahan."
Teknik sablon yang digunakan memang manual, menggunakan bantuan papan screen dan rakel. Tetapi, kualitas tinta yang merekat di kaos tidak perlu diragukan. Teknik tadi berupa rubber, pigment, pasta, metalic, foam, glossy, glow in the dark. "Kombinasi tinta impor dan lokal ditambah zat emulsi membuat hasil sablon lentur dan tidak gampang pecah. Seperti jenis sablon rubber, sangat elastis. Di SAKASA tersedia ukuran S hingga 3XL. Dan kerapian hasil sablon menjadi keunggulan kami." Dengan varian harga Rp 40-100 ribu per kaos, Agung mengaku mendapat laba 40-60 persen. Dibantu enam karyawannya, dalam sebulan ia harus menyediakan 800-2000 kaos, polo shirt, hingga jaket hoodie aneka warna. "Sablon manual minimal butuh dua jam untuk warna desainnya hanya satu," tambah Agung.
Uniknya, ia dan istrinya juga menularkan jiwa wirausaha kepada konsumen. Banyak dari mereka yang akhirnya memesan kaos sablon untuk dijual kembali, "Terutama mahasiswa yang senang mendesain, bisa jadi penghasilan tambahan. Tiap bulan kami juga mengadakan pelatihan untuk enam orang yang ingin tahu teknik menyablon kaos."
Untuk kursus singkat selama dua hari (Sabtu-Minggu), peserta cukup membayar Rp 500 ribu. SAKASA telah menyediakan peralatan, sertifikat, makan siang, dan kaos hasil sablon boleh dibawa pulang. "Waktunya dari jam 10 pagi sampai 5 sore, menyablon itu melatih ketelitian dan kesabaran. Kebanyakan pesertanya karyawan kantoran, ada juga yang mahasiswa. Bahkan ada yang datang dari luar kota."
Ade Ryani
KOMENTAR