Setiap cake yang sudah buatannya, selalu Wenny posting ke Facebook atau website-nya. Itu sebabnya, karya-karya Wenny banyak dicontek orang. "Bukan hanya banyak, tapi banyak sekali sekarang pengusaha yang mencontoh cake 3D kami," jelas Wenny yang memulai usaha ini sejak September 2007.
Khawatirkah Wenny? "Sama sekali enggak. Kenapa? Saya sudah pernah mengalami apa yang mereka alami sekarang. Saat ini mereka (pengusaha kue 3D lain), masih sibuk mencari bentuk. Sementara saya sudah masuk ke detailnya. Jadi untuk apa saya takut." Bukti bahwa meski sudah mapan Wenny tetap terus berkreasi adalah karyanya yang terbaru berupa sebuah taman lengkap dengan aneka bunga, binatang, plus terowongan kereta untuk ulang tahun Darren.
Uniknya, dalam cake dilengkapi kereta api mainan yang bisa berjalan memutar di atas rel. "Bikin relnya yang paling susah. Begitu kereta bisa jalan, wah, lega dan puas rasanya. Perasaan itu yang tidak ada nilainya. Apalagi jika pelanggan juga mengungkapkan kepuasannya."
Awalnya, Wenny masih bisa melayani pertanyaan soal trik dan tips memuat cake 3D. Tapi sejak pesanan makin banyak, ia tak bisa lagi melayani pertanyaan yang biasa masuk lewat wall di Facebook, SMS, maupun chatting. Itu sebabnya, Wenny ingin membuat buku cake 3D. "Saat ini, buku seperti itu belum ada yang berbahasa Indonesia. Nah, cita-cita saya ingin membuat buku. Sebagai 'monumen' agar ilmunya bisa tersebar luas. Tapi belum dapat penerbit untuk bekerja sama."
Mengubah "Kotoran" Menadi Emas
Menurut Antonius Tanan, Presiden Universitas Ciputra Entrepreneurship Center, agar usaha kecil dan menengah dapat berkembang menjadi besar, mereka harus menjadi entrepreneur. Antonius lalu mengutip ucapan Peter Drucker, pakar bisnis dan manajemen dunia yang menyebutkan, tidak semua pemilik bisnis adalah seorang entrepreneur.
Jika ucapan Peter ini ditarik ke dunia bisnis di Indonesia, Antonius menyimpulkan, tidak semua pengusaha UKM adalah seorang entrepreneur. "Karena seorang entrepreneur adalah orang yang melakukan inovasi. Nah, definisi ini mirip dengan pendapat pengusaha Ciputra yang menyebutkan seorang entrepreneur adalah orang yang bisa mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas."
Kotoran dan rongsokan, lanjut Antonius mengutip ucapan Ciputra, tidak akan menjadi emas jika barang-barang itu hanya didiamkan. "Ada perubahan yang kreatif dan dramatis." Tapi yang kreatif dan dramatis itu harus diterima pasar, bukan untuk diri sendiri. "Proses dari kotoran menjadi emas itu ada multiplikasi nilai."
Multiplikasi nilai itu, contohnya, orang berdagang membawa barang dari satu tempat ke tempat lain. "Ada satu nilai, yakni mendekatkan ke konsumen. Tapi tidak cukup itu, misalnya orang itu juga menawarkan aksesorinya, bisa memperbaiki barang, bahkan antar jemput barangnya.
Nah seorang entrepreneur itu memberikan multiplikasi nilai secara inovatif." Nah, agar UKM itu menjadi kuat, lanjut Antonius harus melakukan latihan entrepreneurship. "Ini perlu mindset dan kecakapan yang baru. Bisnis itu perlu inovasi."
Antonius juga menjelaskan, pelaku bisnis perlu kerja keras. Tapi kerja keras saja rupanya tak cukup. Ia mencontohkan pedagang sayur yang tiap hari kerja keras, mambawa dagangan sejak dini hari dan menjualnya sampai pagi. "Dia sudah bekerja keras, melebihi para konglomerat. Tapi hasilnya tak sebanding. Jadi bekerja keras saja tidak cukup."
KOMENTAR