"Kereta-kereta ini hanya mengantar dari keraton hingga halaman Dalem Kepatihan. Kelima kereta tak akan parkir lama di Kepatihan, melainkan langsung kembali ke keraton. Kami tidak bisa menanggung bila harus parkir lama karena sebagian dari 26 kuda yang menarik kereta-kereta itu ada kuda pacuan milik Pordasi DIY. Jadi usai resepsi, pengantin dan keluarga kondur menumpang mobil," jelas penanggung jawab kirab dan kesenian pernikahan, GBPH. Yudaningrat.
Adik kandung Sri Sultan HB X dari ibu (Almh.) KRAy Hastungkoro ini juga menegaskan, Ngarsadalem HB X dan GKR. Hemas akan hadir di Kepatihan, namun tak mengendarai kereta berkuda, melainkan naik mobil pribadi. Sementara para Utusan Dalem yang naik kereta berkuda memiliki mandat khusus. Selain mengiring pengantin, juga melaporkan kepada Sultan HB X bahwa pengantin sudah dibawa dan siap melaksanakan resepsi.
Dan, bagi warga Jogja dan sekitarnya yang akan melihat jalannya prosesi pernikahan hingga resepsi pernikahan Jeng Reni dan Ubai, mulai tanggal 16 sampai 18 Oktober, disediakan enam titik peletakkan layar raksasa, yakni di Alun Alun Utara, Alun Alun Selatan, dan Benteng Vrederburg, Selain itu, diadakan pula Pesta Rakyat di sisi timur Malioboro. Di sepanjang jalan mulai dari depan Museum Serangan Oemoem 1 Maret (depan Kantor Pos) ke arah utara hingga Hotel Garuda, disediakan 100 gerobak angkringan gratis untuk warga Jogja. Juga di sisi barat, mulai dari Depan Gereja (sebelah selatan Mirota Batik) hingga Stasiun Tugu, tersedia pula 100 gerobak angkringan.
Asal tahu saja, seluruh makanan dalam gerobak angkringan itu merupakan sumbangsih dan spontanitas warga Jogja. Karena itu, panitia pernikahan agung ini juga menerima bila ada warga lain yang ingin ikut menyumbang.
Keunikan pernikahan agung ini juga tergambar lewat pemasangan janur kuning yang menghiasi sepanjang Jalan Malioboro. Bahkan, lampu-lampu hias yang berada di Benteng Vrederburg pun ditambah kapasitas terangnya. Sebuah pesta pernikahan megah tahun ini!
Rini
KOMENTAR