Tubuh Wiji tergolek tak berdaya di ruang perawatan RS Syuhada Haji, Blitar, Rabu (5/10). Luka bakar menghiasi di hampir sekujur tubuh perempuan beranak dua ini. Lanjar Suyono, suaminya, dengan setia mengipasi tubuh Wiji yang kepanasan didampingi mertua perempuannya. "Saya masih bersyukur nyawa saya bisa tertolong. Kalau sampai meninggal, bagaimana nasib anak-anak saya," kata Wiji lirih.
Peristiwa yang hampir merenggut nyawanya itu terjadi gara-gara Rom, penyiar radio di Blitar yang menggunakan nama udara Yosi Arjuna, merasa sakit hati karena cintanya ditolak. "Memang, selama ini dia suka mengancam akan melukai saya, tapi saya pikir cuma gertak saja. Eh, enggak tahunya niat itu benar-benar dilakukan," ujar Wiji sambil sesekali meringis menahan sakit akibat luka bakar.
Arjuna dan Wiji sebetulnya sama-sama sudah berkeluarga. "Delapan bulan belakangan ini saya memang dekat dengan dia tapi bukan berarti ada hubungan khusus. Saya selalu menolak cinta dia, kok, karena saya tahu bagaimana rasanya istri dikhianati suami. Makanya saya tak mau menerima dia." Nah, setiap kali Wiji menolak, "Dia selalu mengancam mau bunuh diri."
Mengaku Ikhlas
Alkisah di malam nahas itu, sekitar pukul 19.00, Wiji sedang berada di rumah bersama Lanjar dan anak-anak mereka. Lanjar sehari-harinya menetap di Boyolali (Jateng) baru tiba di Blitar siang harinya. Sedang asyik melepas rindu, Arjuna datang dengan mengendarai motor. "Saya temui dia dan bilang, lagi ada suami. Rupanya dia cemburu," kata Wiji. Pria yang beralamat di Desa Sumbernanas, Ponggok, Blitar ini kemudian mengeluarkan botol berisi bensin dari dalam bajunya, mengancam hendak bunuh diri dengan menenggak isinya. "Spontan, bensin itu saya rebut dari tangannya," cerita Wiji.
Mendengar keributan itu, suami, keluarga, serta tetangga Wiji sontak ke luar rumah. Arjuna lantas dibawa masuk ke ruang tamu. Selain Lanjar dan kedua orangtua Wiji, malam itu beberapa perangkat desa juga dihadirkan untuk membantu menyelesaikan perkara. "Kebetulan sekali, biar disaksikan orang banyak bahwa saya tidak suka dengannya," cerita Wiji. Di depan semua orang, Wiji tegas mengatakan, ia tetap memilih Lanjar. Selain karena masih cinta, juga demi anak-anak.
Kala itu, tambah Wiji, Arjuna terlihat tegar. "Enggak apa-apa kalau kamu mau kembali dengan suamimu. Justru dengan begini, semua jadi jelas. Aku ikhlas," ungkap Arjuna dengan gagahnya.
Rupanya lain di mulut, lain pula di hati. Hanya berselang sejam, setelah semua orang bubar, Arjuna malah menumpahkan dendamnya. Sementara di sisi lain, "Saya enggak curiga apa-apa. Malah rasanya plong karena persoalan sudah beres," ujar Wiji.
Ketika Wiji malam itu hendak buang air kecil di kamar mandi yang terletak di depan rumah, "Saya sempat melihat sekelebat bayangan manusia. Saya pikir ayah saya." Tiba-tiba saja Wiji merasa ada cairan yang disiramkan ke wajahnya. "Begitu sadar, saya tahu, itu bensin karena baunya menyengat." Belum lagi bereaksi, tiba-tiba api menyulut ke sekujur tubuhnya. Wiji pun teriak-teriak kesakitan. "Dengan badan penuh api, saya lari berputar-putar seperti kesetanan."
Gemparlah seisi desa. Sebagian membantu memadamkan api dengan air dari kamar mandi. "Banyak yang lihat Arjuna lari ke sawah menghindari kejaran orang. Badan dia juga terbakar." Belakangan diketahui, Arjuna menyerahkan diri ke Polsek Ponggok, kemudian diproses di Mapolres Blitar.
Gandhi Wasono / bersambung
KOMENTAR