Di Yogyakarta, salah satu institusi yang memiliki program pelatihan untuk pelaku UKM adalah Small and Medium Enterprises Development Centre Gadjah Mada University (SMEDC GMU). Berdirinya SMEDC dilatarbelakangi oleh data bahwa UKM menyerap paling tidak 64,3 juta pekerja. SMEDC didirikan 10 tahun lalu dan telah diakui secara nasional dalam pengembangan UKM dan kewirausahaan.
Tercatat sekitar 1000 UKM telah bergabung dan mengikuti pelatihan SMEDC. Ada lima sektor usaha yang pernah didampingi SMEDC, yakni jasa, industri kreatif, pertanian, peternakan, dan makanan. Sistem pendampingan diberikan langsung karena pengusaha UKM akan kesulitan bila harus datang ke SMEDC di kawasan Blok A No. 10 Bulaksumur.
"Istilahnya, kami jemput bola. Jadwal pendampingannya juga disesuaikan dengan kebutuhan pengusaha UKM agar mereka nyaman dan terbuka. Jika si pengusaha terbuka, semua persoalan insya Allah bisa diketahui dan diselesaikan. Kemauan si UKM sendiri untuk mau berubah dan maju kami persyaratkan. Karena apa pun usaha kami jika yang bersangkutan tidak mau berubah, tidak akan ada artinya," terang konsultan SMEDC, Teguh Hindriyadi, SH.
Program pendampingan ada juga yang dilakukan bekerjasama dengan partner SMEDC. "Namanya program koop. Ini kerja sama dengan Dikti (Pendidikan Tinggi), yakni program magang mahasiswa di UKM." Jadi, mahasiswa semester VII dari berbagai jurusan akan direkrut melalui seleksi untuk dijadikan tenaga pendamping UKM di lapangan. "Harapannya, mahasiswa tadi bisa belajar jadi enterpreneur," terang Deputi Pengembangan UMKMK SMEDC, M.Iskandar, SE.
Namun, bila inisiatif pendampingan datang dari pelaku UKM, SEMDC juga membuka tangan lebar-lebar. SEMDC siap membantu segala persoalan, misalnya masalah sistem akuntansi, produksi, atau sumber daya manusia.
Keuntungan UKM yang mengikuti pendampingan SMEDC antara lain, bila usahanya layak maka bisa direkomendasikan mendapat modal dari bank. Selain itu, UKM itu juga bisa mendapat bantuan pemasaran karena SMEDC memiliki jaringan pemasaran yang amat luas.
Salah satu pengusaha UKM yang pernah mengikuti pendampingan SMEDC adalah Fatma Arifianti, produsen ampyang coklat. Meski ketika itu ia sudah sering mendapat bantuan pendampingan dari berbagai produsen bahan pangan dan BUMN, serta instansi Pemerintah, di tahun 2004, Anti, sapaannya, masih meminta pendampingan SMEDC di bidang IT dan sistem akuntansi. "Dua ilmu itu saya butuhkan saat usaha saya belum rapi administrasinya," terangnya.
Kini, Anti bukan lagi pengusaha yang minta pendampingan atau dilatih, melainkan menjelma sebagai trainer yang dikontrak oleh berbagai instansi untuk mendampingi UKM di beberapa provinsi di Indonesia. Ia bahkan sudah pernah memberi pendampingan sampai ke Timor Leste dan Brunai Darusalam.
Sejumlah penghargaan tingkat provinsi dan nasional pun sudah ia raih. Antara lain penghargaan Ketahanan Pangan Nasional yang diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan Pemenang ke-2 Gugus Kendali Mutu Nasional tahun 2008. Setahun kemudian, ia meraih Pangan Award dari Memperindag Marie Elka Pangestu.
Small and Medium Enterprise And Cooperate (SMESCO) yang berlokasi di Jl Gatot Subroto Kavling 94, Jakarta Selatan, merupakan badan yang khusus dibentuk oleh Kementerian Perdagangan dan Perindustrian untuk membantu Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan berbagai fasilitas.
KOMENTAR