Bagi Anda yang tergiur menjalani usaha frozen food tetapi tak tahu harus memulai dari mana, coba tengok tempat pelatihan Tristar yang berlokasi di Komplek Duta Mas Blok A2 No. 12A, Jelambar, Jakarta. Setiap hari, Susanto dan istrinya menerima puluhan ibu-ibu yang antusias belajar membuat frozen food rumahan. Paket belajar bakso, nugget, dan sosis jadi favorit ibu-ibu, disusul menu lain seperti ayam kremes dan bento fast food.
"Jasa pelatihan dikenai biaya Rp 300 ribu per paket. Kami juga menyediakan diskon hingga 10 persen apabila peserta kursus membeli peralatan untuk memulai bisnisnya di sini," jelas Susanto. Peralatan untuk memulai usaha disediakan Tristar cukup lengkap dengan harga bervariasi. Misalnya, penggilingan seharga Rp 4 juta hingga alat pencetak seharga Rp 10-12 juta.
Diakui Susanto, banyak ibu-ibu yang belajar padanya akhirnya terpacu untuk memulai bisnis frozen food sendiri. "Mungkin karena materi dan bahannya mudah, tapi hasilnya maksimal," sebutnya.
Tristar yang berpusat di Surabaya ini, sekarang sudah mencetak banyak lulusan yang sukses di bidang kuliner. Tentu, jika diikuti dengan strategi pemasaran dan distribusi yang seimbang. "Sukses atau tidak, itu tergantung dari kemauan dan niat saja. Peserta yang sudah paham cara memproduksi dengan kualitas bagus, tapi tanpa melakukan distribusi yang baik, ya, tidak akan berhasil," tegasnya.
Kekhawatiran seorang ibu terhadap makanan sehat bagi anak, menjadi motivasi utama Amalia Nafitri Hasanuddin menciptakan Bulaf. Berbagai resep sehat dibuatnya dalam bentuk nugget dan sosis. Tak disangka, makanan beku olahannya selalu tandas disantap anak-anak. Melihat peluang usaha yang terbuka lebar, mantan komisarif sebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang pangan ini lantas mendirikan PT Sumber Pangan Jaya di pertengahan 2009.
"Saya beranikan diri mengambil pangsa pasar premium." Produk-produk Bulaf dengan varian sosis, bakso, burger dan nugget dibandrol dengan harga Rp 13-60 ribu. Harga yang relatif tinggi ini tentu bukan tanpa alasan. Lia, panggilan akrabnya mengaku, produk buatannya bebas dari bahan pengawet dan zat kimia.
"Pasti banyak ibu rumah tangga yang selalu ingin menyediakan makanan sehat bagi keluarga. Tapi, masih banyak juga yang tidak aware bahwa makanan yang mengandung zat kimia efeknya baru terlihat 20 tahun kemudian," tutur wanita ramah ini.
Keunggulan lain produk Bulaf, selain memiliki 20 varian rasa dengan bahan dasar ayam, sapi dan kambing, "Sosisnya bisa digoreng tanpa minyak. Jadi ibu rumah tangga bisa tetap menjaga kelezatan masakan di rumah, tapi tetap bergizi."
Sebagai bentuk strategi pemasaran, Lia mengandalkan sistem keagenan, di samping menjual sendiri di gerainya di bilangan Cilandak, Jakarta Selatan. Saat ini, Lia sudah memiliki kurang lebih 400 agen yang tersebar di Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan. "Alhamdulillah, animo masyarakat untuk menjadi agen terus meningkat, mulai dari ibu rumah tangga sampai pegawai kantoran," ujar Lia.
Menurut ibu dua anak ini, bisnis makanan beku memang memiliki prospek sangat baik. Maka, Lia kini memiliki pekerjaan rumah untuk terus berinovasi soal rasa sekaligus mempertahankan kualitas. Ia juga ingin Bulaf bisa menjangkau masyarakat lebih luas.
"Nantinya saya ingin membuat produk makanan sehat bagi masyarakat lapisan bawah. Makanya saya terus bereksperimen untuk mengolah makanan sehat dengan bahan yang berkualitas tapi harganya jauh lebih murah," harapnya sungguh-sungguh.
Swita
KOMENTAR