"Keduanya sudah di operasi dan pagi ini dalam kondisi sadar dan baik. Deviana bahkan sudah minta berdiri. Semoga semua bisa berjalan dengan baik. Masa kritis ibu Febriana juga sudah lewat bahkan sudah dikunjungi walikota Solo, tadi pagi," terang Direktur RSU.Dr.Oen Solo, dr.Willy Handoko yang didampingi sejumlah dokter dan Kepala IGD dr. Rudy Suryohandoyo dan dr dokter spesialis ortopedi, dr.Andy hendrawan HS.
Direktur RS.Dr.Oen ini membantah ada korban (dari kalangan jemaat gereja) yang dirawat di rumah sakitnya meninggal. "Entah darimana sumbernya, kok bisa memberitakan ada yang meninggal," ucapnya.
Yang jelas hari ini masih ada satu lagi pasien yang akan dioperasi hari ini adalah Ferdianta (19). Ia mengalami luka di lengan karena ada mur bersarang di lengannya. Meski lukanya tergolong "ringan" dibanding pasienlain, tetapi Ferdi tetap harus dirawat inap di RSU Dr.Oen, bersama 14 pasien lainnya.
Pasien termuda yang turun dirawat inap adalah Olivia Putri (16). Olivia mengalami luka di kaki/ tendon dan kini dalam perawatan dr Andy. "Saya memang menemukan macam-macam paku, mur bat dan selongsong mesiu di beberapa tubuh pasien. Ada yang di lengan, tulang belikat, tulang selangka. Juga ada patah tulang yang jadi serpihan seperti yang dialami pasien Go Sing wan (52). Tapi kini kondisi Go Sik Wan sudah bagus, sadar," terang dr Andy Hendrawan
Kendati demikian semua pasien memerlukan rawat inap karena rata-rata mengalami luka terbuka. "Kami belum tahu apakah mur baut, paku itu mengandung karat atau tidak. Jadi pengobatan perlu paling tidak 5 hari agar bisa diberi antibiotik yang panjang. Setelah itu baru diizinkan rawat jalan," imbuhnya.
Selain 14 pasien harus rawat inap di RSU Dr.Oen, ada juga 11 yang rawat jalan dan kemarin Minggu (25/9) langsung sudah diizinkan pulang setelah mendapati pengobatan. Pasien lainnya yang menjadi korban dirawat di RS.Brayat Minulyo dan RS.Mojosongo, Solo. Ketiga pasien tersebut statusnya rawat jalan.
Semua biaya rawat inap dan rawat jalan serta pasca pemulihan di ICU, kata dr.Handoko ditanggung pemerintah, tetapi setara dengan kelas tiga. "Kami belum melihat jumlah biaya (perawatan)," tegas dr.Handoko.
Rini
KOMENTAR