Siang itu, belasan bocah balita tampak duduk di kursi panjang. Masing-masing tangan mereka diletakkan di atas meja sambil menghadap Sriyani, sang pengasuh. Dari bibir mungil mereka, para balita dengan riang melantunkan aneka lagu anak. Di kala intonasinya meninggi, tangan mungil mereka ikut dientakkan mengikuti lengkingan suara yang masih terdengar cadel.
Suasana ceria dan penuh kelucuan itu merupakan bagian dari kegiatan di Tempat Penitipan Anak (TPA) Dharma Wanita, Jl. Ngangel Kebonsari I/8 Surabaya. "Ini adalah kegiatan harian anak-anak setelah makan siang," kata Supini (56) penganggung jawab harian TPA ini.
Supini yang sudah bekerja di TPA milik Sekretraris Daerah (Setda) Surabaya sejak 30 tahun silam itu menjelaskan, TPA yang dikelolanya itu sudah ada sejak 1972. Selama itu pula nyaris tak pernah sepi. Artinya, paling tidak, ada lebih dari 15 anak yang dititipkan orangtuannya di tempat ini setiap bulannya.
Agar sang anak tetap mendapatkan perawatan yang baik sekaligus tak menganggu aktivitas kerja, para orangtua menitipkan si kecil di TPA ini. "Mereka merasa lebih aman dan nyaman menitipkan anak-anaknya di sini, karena pasti akan terawat dan terawasi dengan baik," papar Supini, sambil menjelaskan anak yang dititipkan bervariasi mulai usia 2 bulan sampai usia TK. "Kebetulan, di sini juga terdapat TK Dharma Wanita," tambahnya.
Supini yang tinggal di Driyorejo, Gresik itu mengakui, fasilitas di TPA Dharma Wanita memang tak selengkap daycare atau childcare yang saat ini banyak berdiri di berbagai tempat, yang sudah dilengkapi berbagai pelatihan untuk para bocah. Kendati demikian, anak-anak yang dititipkan di tempatnya tetap akan merasa nyaman, sebab selain tempatnya bersih, tertata rapi, dan yang utama, diasuh oleh para pengasuh yang benar-benar mumpuni.
Karena dikenal sebagai TPA yang cukup baik, tak heran bila hampir setiap tahun, TPA ini dijadikan penelitian oleh banyak mahasiwa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. "Yang biasa penelitian di sini, banyaknya mahasiswa dari Jakarta," kata Sulkan Hadi, salah satu pengurus TPA.
Setiba diantar orangtuanya, anak-anak itu bila belum sempat mandi, di TPA akan segera dimandikan dan dipakaikan baju bersih. Bajunya bisa pakai baju yang dibawa dari rumah atau yang disediakan di TPA. Selanjutnya, mereka akan diberi sarapan pagi. Usai makan pagi, dilanjutkan dengan bermain-main di aula. Kemudian dilanjutkan dengan tidur siang di boks masing-masing. "Setiap anak, kan, berbeda kebiasaannya, kadang yang satu tidur tapi, yang lainnya ada yang masih pengin main," ujar Supini.
Bagun tidur siang, anak-anak kemudian makan lagi bersama-sama dengan lauk sederhana yang disediakan TPA. Setelah itu, di aula yang sama setiap anak oleh pengasuh diberi hiburan visual, misalnya memutar film, lagu anak sambil diajari menyanyi, mengenal berbagai huruf, mengenal berbagai binatang dan sebagainya. "Biasanya, setelah capek beraktivitas, anak-anak ada yang tertidur lagi. Sore sebelum dijemput orangtuanya, akan kami mandikan terlebih dahulu," imbuh Wanti, salah seorang pengasuh.
Soal kesehatan, TPA juga sangat memperhatikannya. Dalam satu minggu ada dua kali pemeriksaan kesehatan. Sekali dilakukan pemeriksaan oleh dokter umum, dan untuk tumbuh kembang anak dilakukan oleh tim dokter dari RS. Dr. Soetomo, Surabaya. "Jadi soal kesehatan pun anak-anak di sini selalu terpantau," jelas Supini sambil menjelaskan, untuk pemberian susu, masing-masing anak dibekali susu oleh orangtuanya.
Supini menjelaskan, relasi pengasuh dan anak-anak disini juga sangat dekat. Bahkan hubungan itu sudah seperti ibu-anak. Soal ini, Supini punya cerita tersendiri. Puluhan tahun silam, ia pernah mengasuh seorang anak bernama Dian Puspitasari. "Setelah Dian tumbuh besar dan berkeluarga, sekarang juga dia menititpkan anaknya di sini, jadi sekarang ini saya seperti mengasuh cucu sendiri," kata Supini sambil menegaskan, rata-rata pekerja yang ada di TPA ini lebih mengutamakan pengabdian dan kecintaan pada anak-anak.
KOMENTAR