Tahun 2006 di kawasan Dongkelan, Yogyakarta, Slamet Riyanto (60) mendirikan Warung Koes Plus. Sebelumnya, di Jogja memang sudah ada Jogja Koes Plus Community (JKPC). "Penggemar lagu-lagu Koes Plus di Jogja sangat banyak. Makanya kami membentuk JKPC," ujar Slamet yang kala itu juga menjadi pengurus JKPC.
Slamet lantas punya gagasan membuat Warung Koes Plus, sebuah warung yang menawarkan suasana berlatar Koes Plus. Rumah berdinding anyaman bambu miliknya di Dongkelan, diubah fungsinya menjadi warung. Ia menjajakan menu tradisional seperti brongkos, oseng-oseng daun pepaya, sambel goreng dan nasi rames.
"Saya juga menjual suasana. Dinding saya tempeli dengan poster-poster Koes Plus. Tiap malam minggu ada live music membawakan lagu Koes Plus. Pengisi acaranya bergantian. Di Jogja, kan, ada sekitar 40 grup yang membawakan lagu Koes Plus. Bahkan, ada juga penampilan grup dari luar kota seperti Purworejo, Solo, Klaten, Jakarta," kisah Slamet, seniman lukis yang punya galeri seni di kawasan Gading.
Slamet menggambarkan warungnya sangat ramai. "Warung berkembang, tumbuh bersama komunitas Koes Plus. Kapasitas pengunjung sekitar 300-an orang, tapi banyak tamu yang berdiri. Sayang, sekitar tiga bulan kemudian terjadi polemik. Banyak yang enggak terima, nama Koes Plus dijadikan nama warung. Bahkan, sampai ke telinga Mas Yon Koeswoyo. Sebenarnya Mas Yon enggak keberatan, malah mendukung. Tapi, saya enggak kuat dengan tekanan ini."
Belakangan, Slamet menggabungkan kafe miliknya dengan galeri. "Tempatnya sedang direnovasi dan baru saja selesai. Sama dengan sebelumnya, di sana juga akan saya hias dengan poster-poster Koes Plus. Secara berkala juga ada live music," papar Slamet.
Selain itu, sudah setahun ini Slamet juga membuka kafe bekerja sama dengan temannya di Hotel Pondok Gajah. "Untuk urusan warung, saya yang mengelola. Nama kafenya sama dengan nama hotel. Di sana, konsepnya juga komunitas musik. Kami mengusung tema lagu-lagu lama. Misalnya lagu yang dinyanyikan Ernie Djohan, Tetty Kadi, Bob Tutupoly," kata Slamet.
Menu andalan Kafe Pondok Gajah adalah ikan, baik bakar maupun goreng. Harganya disebut Slamet juga terjangkau. Ikan sebesar 6-7 ons harganya Rp 50-60 ribu. "Nikmat rasanya makan ikan sambil mendengarkan lagu-lagu era 70-an," kata Slamet.
Henry
KOMENTAR