Tas tangan memang tak bisa lepas dari kaum perempuan. Itu sebabnya aneka kerajinan model tas terus membanjiri Pasar Beringharjo. Tanggap kebutuhan akan hal itu, Big Collection milik Hj. Nah Nuh Salekan menyediakan stok barang cukup banyak, terutama untuk musim libur Lebaran tahun ini. "Sudah siap stok, pokoknya siap melayani pembeli yang mudik ke Jogja. Mau beli berapa saja ada," tegasnya.
Tas-tas yang ada di tokonya terbuat dari anyaman pandan dan tikar, kain, serta eceng gondok yang diberi motif batik. Ini merupakan model tas terbaru. Tas-tas cantik itu tak beda jauh dari model tas berbahan serupa yang dipajang di butik-butik ternama di Jakarta.
Belajar dari musim libur sekolah bulan lalu, untuk musim libur Lebaran kali ini Hj. Nah Nuh sengaja menyediakan stok lebih banyak. "Soalnya di musim liburan sekolah kemarin saya sampai kehabisan stok. Ada 10 model terbaru yang saya siapkan buat Lebaran," terang mantan bakul emping melinjo ini.
Berjualan tas, lanjut Hj. Nah Nuh, baru dilakoninya sekitar 1,5 tahun ini. "Sebelumnya saya punya usaha parkir. Pegawai saya 12 orang. Tapi karena sudah tua, saya ganti usaha. Saya juga pernah jualan emping dan kacang mete. Tapi, kok, ramainya cuma menjelang Lebaran saja. Jadi saya ganti jualan tas. Eh, malah laris. Kalau sedang musim libur, tas jelek atau bagus, mahal atau murah, semua laku."
Tas-tas yang dipajang di tokonya di lantai tiga Beringharjo, sebagian dijual apa adanya sesuai setoran dari perajin. Namun, ada juga yang sudah dimodifikasi sendiri, ditambahi aneka aksesori lain sehingga tampilannya berbeda dan tak akan ditemui di toko lain. "Saya juga ambil koleksi Tas Gendis yang mahal itu. Kalau laku, ya, dijual, kalau enggak, ya, silakan dilihat-lihat saja," ucap ibu tiga anak yang punya empat toko di Beringharjo, iga di dalam pasar dan satu di Swalayan Metro, lantai atas pasar.
Selain tas, nenek empat cucu ini juga menyediakan aneka model topi. Mulai dari topik batik hingga topi anyaman pandan. "Topi buat pit-pitan (bersepeda) juga ada. Banyak sekali peminatnya." Keramahan dan keluwesan Hj. Nah Nuh dalam bergaul menjadi modal untuk menggaet pembeli. Pelanggannya pun kini tersebar di berbagai kota seperti Kalimantan, Lampung, Medan, beberapa kota di Sumatera, dan Malaysia. Ia menjualnya dengan harga grosir maupun retail.
"Setiap bulan saya mesti kirim barang ke mereka. Kadang pelangan datang sendiri memilih barang, atau saya telepon mengabari ada barang baru. Pembeli dari dari Malaysia maunya ditempeli merek dia sendiri. Pedagangnya, sih, orang Indonesia, tapi dia pintar jualan di Malaysia," terangnya. Barang-barang itu dikirim setelah Hj. Nah Nuh yakin pelanggannya sudah mentransfer uang terlebih dulu ke rekeningnya.
Pada umumnya, perajin di Jogja mengenal pasangan suami-istri Tangguh dan Atik, penjual bahan baku kerajinan di los kerajinan lantai 3 Beringharjo. Para perajin membeli bahan baku kerajinan "setengah jadi" mulai dari bahan rotan, kayu, bambu, kain tenun, dan pernah-pernik lainnya yang dijual secara kodian kepada Tangguh dan Atik.
"Para perajin itu membeli bahan baku dari kami. Setelah dibuat kerajinan, dijual lagi ke kami. Lalu, saya jual lagi secara grosir ke pedagang pengecer, baik yang ada di Jogja maupun seluruh Nusantara. Kalau di Jakarta sedang ada pameran Inacraft, saya selalu ikut dan dagangan saya laris sekali. Apa saja laku. Tergantung minat perajin mau bikin apa," terang Atik.
Tak ayal, di tokonya Atik tak hanya menjual bahan baku setengah jadi, melainkan juga aneka kerajinan seperti aksesori, interior rumah, seprai, taplak meja, gorden, hingga aneka produk fashion, seperti tas kain batik, tenun dan anyaman pandan, yang dijual secara grosir dan eceran.
KOMENTAR