Toko Batik Ny. Soenardi
Memasuki pintu utama Pasar Beringharjo ke arah timur, los pertama yang terlihat adalah pedagang pakaian batik. Di sisi kanan dekat pintu masuk, sejumlah calon pembeli tampak memelankan langkahnya. Mata mereka terlihat tengah mencermati selembar foto yang tergantung di Toko Batik Ny. Soenardi (71). Foto itu memperlihatkan wajah ibu negara, Hj. Ani Yudhoyono dan calon menantunya Alia Rajasa, tengah berbelanja batik di toko itu.
Ya, istri Guru Besar Fakultas Kehutanan Prof. Soenardi, memang pedagang batik paling populer di Pasar Beringharjo saat ini. Bukan saja lantaran Ny. Soenardi memiliki 9 gerai di pasar tradisional itu. Melainkan Juni lalu, gerai utamanya yang menjual aneka kain lurik, batik tradisional dan modern, baru saja dikunjungi Ibu Ani Yudhoyono, bersamaan dengan kunjungan Presiden SBY ke AKMIL, Magelang.
Sebagai pedagang batik turunan dari sang ibunda, sebenarnya Ny. Soenardi sudah memiliki toko di pinggir Jalan Malioboro sejak 1957. Sedangkan toko di Beringharjo dibuka sejak 1963-an. Namun, kabarnya Bu Ani memilih datang ke pasar daripada ke toko Ny. Soenardi.
Apakah ada imbas di sisi omzet penjualan atas kunjungan Ibu Ani Yudhoyono? "Saya rasa belum, ya. Saat itu, kan, bertepatan dengan musim libur. Jadi pembeli memang banyak. Tapi kalau banyak orang menyapa saya, menelepon memberi selamat atau orang-orang lebih ramah kepada saya, memang iya. Mau tak mau karena saya juga sudah punya banyak pelanggan, jadi harus pasang senyum terus," tutur Sarjana Ekonomi Perusahaan ini.
Yang jelas, sudah sejak awal berdagang lurik dan batik, ia tak mau berpolitik soal harga dalam berjualan. Prinsipnya, jualan harus jujur dan menjaga kualitas barang dagangan sebaik mungkin. "SPG saya di pasar juga saya ajari berjualan yang betul. Kalau saya punya barang murah dan semua pedagang di Beringharjo juga punya, ya, saya ikut harga mereka. Saya tidak mau, misalnya, bilang ini batik sutra kelas dua. Kalau memang bukan sutra, ya, saya katakan bukan sutra," tegasnya.
Untuk menyambut Hari Raya Lebaran yang baru saja lewat, Ny. Soenardi pun sudah jauh hari menyiapkan stok dagangannya di toko miliknya di Jl. Malioboro, tepatnya di depan pintu masuk Pasar Beringharjo dari sisi utara. "Soal stok barang, tak ada masalah. Saya tetap buka toko di Beringharjo sampai hari ketiga Lebaran. Malah, dulu saya pernah buka toko sampai lima hari pasca lebaran, tapi ternyata pembeli sepi. Makanya sekarang saya cuma libur dua hari."
Dari sembilan tokonya di Beringharjo, beberapa di antaranya berjualan barang kerajinan, seperti seprai, sarung bantal, gorden, dan lainnya. Sementara yang rutin ia jaga adalah toko khusus kain tradisional, batik kontemporer, kain kebaya bordir, dan aneka model tenun. Dan yang sedang ramai dibicarakan dan dicari orang adalah tenun warna biru polos dengan motif garis yang jatuh di dada. Motif itulah yang dinamakan tenun SBY. Sebab Presiden SBY di beberapa kesempatan pernah tampil menggunakan kemeja seperti itu.
Di sela perbincangan mengenai dagangannya, Ny. Soenardi tak keberatan berkisah tentang kunjungan mendadak Ibu Negara dan calon menantunya. Saat berkunjung ke tokonya, Ny. Supardi sedang tak ada di tempat dan Bu Ani sempat menanyakan keberadaan perempuan yang pernah bercita-cita menjadi duta besar itu. "Itu kunjungan yang tiba-tiba. Saat Bu Ani datang, saya sedang di makam. Saya tahu karena ditelepon pegawai saya. Jadi Bu Ani dilayani keponakan saya," terang perempuan yang sudah berdagang lurik sejak usia 16 tahun.
Selama satu jam Bu Ani dan Alia berbelanja, memborong aneka kain, di antaranya selendang batik sutra, dan "tenun SBY" buatan Desa Troso. "Bu Ani memberitahukan tentang tenun SBY kepada para pegawai saya. Wah, kami malah baru tahu ada lurik SBY. Itu lho, kain polos biru yang ada motif garis-garisnya."
Menurut pegawainya, semula Bu Ani sempat berjalan ke arah los lain. Tetapi kemudian oleh pengawainya, "Diarahkan ke tempat saya. Mungkin dilihat dari lokasi pasar yang sempit, sulit untuk pengamanan. Sementara di tempat saya, kan, lumayan luas."
Jauh hari sebelum menjadi presiden, Pak SBY pernah bertugas di Yogyakarta sebagai Komandan Korem. Konon, Bu Ani sering berbelanja batik Ny. Soenardi. "Wah, kalau jadi pelanggan lama saya, sepertinya tidak, ya? Atau saya yang tidak ngeh, ya? Pelanggan saya banyak. Saya takut dibilang ngaku-aku. Tapi kalau beliau sendiri yang ngendika seperti itu, ya, silakan," tutur Ny. Soenardi.
Diakuinya, memang sejumlah istri pejabat di Jogja seperti Danrem, Kapolda, serta Ny. Herawati Budiono (istri Wakil Persiden RI) dan teman-temannya dari Bank Indonesia, suka belanja batik koleksinya. Bisa jadi termasuk Ny. Ani Yudhoyono. "Ibu-ibu pejabat kalau beli batik ke rumah. Ya, saya temui di garasi. Sebab sebenarnya saya tak melayani pembelian di rumah. Mereka, kan, teman. Anehnya, meski banyak istri pejabat datang ke rumah, tak ada yang membicarakannya seheboh seperti kunjungan Bu Ani," tukasnya.
Memasuki Los Kerajinan di lantai tiga Pasar Beringharjo (sebelah timur lapangan parkir), pembeli akan dibuat bingung bila sebelumnya tak punya agenda membeli barang. Masalahnya, di los ini tersedia aneka kerajinan dari bambu, kain batik, rotan, plastik, dan lainnya. Selain harganya lebih murah, di los ini pembeli bisa membeli dalam jumlah grosir. Begitu berwarnanya los kerajinan ini, hingga banyak turis manca negara berseliweran ke sana ke mari, beraksi dengan kameranya.
Anehnya, sebagai salah satu tempat yang digemari wisatawan, beberapa toko memasang tanda "no camera" atau tidak diizinkan memotret. "Takut barangnya dijiplak," bisik seorang pedagang makanan asongan kepada NOVA.
Salah satu pedagang grosir tas batik aneka model, Minto (41), asal Desa Tuksono, Sentolo, Kulonprogo, merupakan pedagang tas retail di Beringharjo yang sudah amat dikenal sebagai pedagang tas batik grosir. Berkat keramahan dan kemudahannya bergaul, banyak pedagang retail kulakan kepadanya. Ia pun tak keberatan barang dagangannya difoto.
Minto mengaku, stok barang dagangannya menjelang Lebaran tahun ini amat melimpah. Aneka model tas batik mulai dari tas laptop aneka ukuran, tas punggung, tas sekolah sampai tas untuk bersantai, ada. "Saya enggak ingat jumlahnya. Mungkin ada 24 model. Tidak semua full batik, ada juga yang dimodifikasi dengan kain perca lainnya. Saya buat sendiri. Ada sebagian desain saya, sebagian lagi dari pembeli. Di rumah, saya potong bahan, lalu diambil perajin kecil untuk dijahit di rumah masing-masing," terangnya seraya menjelaskan kenapa harga dagangannya bisa relatif murah.
Mantan pedagang asongan dari tempat wisata satu ke tempat wisata lainnya ini mengaku, model-model tas buatannya hingga musim Lebaran tahun ini belum ketinggalan tren mode. Itu sebabnya ia tak membuat model terbaru khusus untuk menyambut Lebaran. Barang-barang itu pula yang ia kirim ke pelanggannya di beberapa kota, seperti Bali, Jakarta, Surabaya, Solo dan Pekalongan (Jateng).
Rini Sulistyati / bersambung
KOMENTAR