Sebelum erupsi Merapi, di Jalan KalIurang terdapat deretan pedagang jadah tempe. Sementara di Kaliurang ada warung Mbah Carik yang menjual jadah tempe sejak puluhan tahun lalu. Jadah tempe Mbah Carik inilah yang hingga kini diburu penggemarnya.
Memasuki lebaran 1432 H ini Mbah Carik kembali berjualan setelah lama absen. Calon pembeli boleh memilih paket jadah-tempe-jadah yang ditumpuk bagai sandwich, atau jadah tempe saja. Memasuki lebaran, jadah Mbah Carik bisa ditemui di Jl.Kaliurang atau tepatnya di seberang warung bakso Blangkon. Sejak dibuka, dagangan warung Mbah Carik yang kini dipegang oleh anak-cucu, sudah laris manis.
Jelajah Kinahrejo
Sisa bencana erupsi Merapi, kini masih terlihat di kawasan Desa Kinahrejo. Kawasan itu sejak Desember tahun lalu mendadak menjadi tujuan wisata baru untuk masyarakat Yogya dan luar kota Yogya.
Di musim mudik lebaran kini, kawasan Kinahrejo yang kini dijadikan paket wisata Jelajah Kinahrejo juga ramai dikunjungi orang. Rata-rata wiatawan ingin melihat kondisi terakhir rumah mendiang Mbah Maridjan.
Juru kunci Merapi itu terbukti dicintai masyarakat luas. Kendati sudah meninggal akibat kena semburan awan panas, tetapi bekas rumah dan masjid Al-Amin peninggalannya, tetap dikunjungi ribuan wisatawan. Padahal, tak secuil pun bekas rumah dan masjidnya yang tersisa. Namun untuk mengenang keperkasaan, kearifan, dan keberanian serta ketulusan hati Mbah Maridjan dlam menjaga alam dan lingkungan serta warganya, di bekas rumahnyaitu kini didirikan gubug kecil. Sementara bekas Masjid Al-Amin dibuatkan bangunan dari dinding anyaman bambu sekadarnya. Di sinilah wisatawan bisa menjalankan shalat lima waktunya selama berwisata.
Namun untuk menuju dua tempat tersebut, wisatawan ''diharuskan'' naik ojek yang dikelola warga Kinahrejo yang dulu pernah bermukim di sana. Ojek disediakan pergi-pulang. Sopir ojek akan setia menunggu wisatawan yang akan mengenang Mbah Maridjan. Biasanya mereka hanya berfoto-foto, membeli cindera mata lalu turun. Atau ada pula yang membawa sebatang pohon untuk ditanam sebagai rintisan penghijauan di kawasan itu.
Bila hari cerah, Gunung Merapi di atas Kinahrejo memang tampak indah. Meski demikian bila ada tanda-tanda mendung, pengunjung harus bergegas meningalkan tempat itu yang berjarak kurang lebih 10 km dari puncak Merapi.
Memasuki kawasan wisata baru itu, pengunjung harus membayar tanda masuk per orang Rp5 ribu, plus Rp 2 ribu bagi pengendara sepeda motor dan Rp 4 ribu mobil.
Kira-kira satu kilometer dari pertigaan posko ini, pengunjung harus memarkir kendaraannya. Di arena ini bila cuaca cerah, sudah bisa menyaksikan Merapi dan Merbabu bertahta. Pemandangan kerusakan alam yang luar biasa pun terbentang di depan mata.
Di kawasan ini juga ada Resto Kinahrejo yang terletak di depan Posko Informasi. Menunya aneka hidangan makan dan minuman dengan nama-nama khas erupsi Merapi. Misalnya nasi goreng Vulkanik, Soto Awan Panas, Lele Shelter, Ayam Bukit Kendil. Atau minuman Wedang Gedhang. Minuman ini disajikan panas atau dingin.
''Ini minuman resepnya Mbah Maridjan , lho. Ceritanya, waktu lebaran sebelum beliau meninggal, ada tamu. Kebetulan di rumah Si Mbah banyak pisang (gedhang). Nah, dia lalu ke dapur membuat minuman ini. Makanya kami namakan Wedang Gedhang,'' jelas Susi Yuliano, petugas pendamping Resto Kinahrejo.
Nah, mumpung mudik lebaran, silakan mencicipi jadah tempe khas Kaliurang dan wedang gedang Maridjan.
Rini
KOMENTAR