Sementara dari kacamata psikolog, Sri Fatmawati Mashoedi alias Wiwik menilai, karikatur atau foto-foto lucu itu sebenarnya bukan barang baru. "Ini bukan fenomena karena sudah ada sejak dulu," kata Wiwik. Bahkan, lanjut Koordinator Kelompok Mata Kuliah Psikologi Sosial UI ini, karikatur justru kerap menjadi kenang-kenangan untuk para tokoh. "Meski sama-sama lucu, tapi sang tokoh yang digambar tidak marah."
Kendati terlihat lucu, karikatur pada umumnya tidak menunjukkan sikap sinis ataupun melecehkan. "Meski dalam gambar itu ditonjolkan bagian-bagian tubuh yang memang khas. Misalnya, jika karikatur Megawati yang ditonjolkan tahi lalatnya. Tapi yang menerima senang-senang saja."
Lain halnya jika karikatur atau rekayasa foto itu obyeknya adalah orang-orang bermasalah seperti Gayus, Melinda Dee, atau belakangan Nazaruddin. "Karena, alih-alih menonjolkan bagian tubuh yang khas, seniman menonjolkan 'kejahatan' yang dilakukan sang tokoh." Nah, biasanya kesan yang muncul dari gambar yang diciptakan, "Justru kesan sinis, pelecehan, bahkan bisa jadi sampai penghinaan. Tentu ada juga sisi lucunya."
Munculnya "kreativitas" macam ini memang tak bisa dibendung. "Itu memang konsekuensi yang harus diterima mereka. Mereka, kan, tahu apa yang mereka lakukan itu tak hanya berisiko mendapat sanksi hukum, tetapi juga sosial." Sanksi sosial itulah yang harus diterima keluarga mereka. "Misalnya, istri Gayus pasti akan sedih jika melihat foto-foto suaminya direkayasa sedemikian rupa. Tapi kembali lagi, itu hukuman sosial yang harus diterima dari masyarkat untuk suami dan keluarganya."
Foto-foto rekayasa dan joke tentang Nazaruddin rupanya ditanggapi dingin oleh Nazar. Salah satu anggota tim kuasa hukumnya, Afrian Bondjol, mengatakan, kliennya tidak terpengaruh akan foto-foto rekayasa yang beredar. "Beliau (Nazarudin, Red.) enggak tahu dan enggak mau tahu. Beliau sedang fokus menghadapi pemeriksaan," tutur Afrian ketika dihubungi melalui telepon genggamnya, Jumat (19/8) sore.
Di tempat terpisah, kader partai Demokrat yang juga advokat, Ruhut Sitompul menilai, yang terjadi seputar kasus Nazaruddin ini adalah salah satu bentuk ujian terhadap Partai Demokrat. "Ujian ini agar Partai Demokrat naik kelas dan memenangkan Pemilu 2014. Soal foto-foto dan lelucon seputar Nazaruddin, itu adalah kerjaan orang-orang sakit! Kerjaan orang sok tahu, sok pintar, kutu kupret," tuturnya dengan logat khasnya dan bernada keras.
Ruhut juga mengatakan, kini masyarakat sudah pintar menilai, "Apa yang terjadi ini jelas tidak berpengaruh negatif terhadap Partai Demokrat," tutupnya.
Sukrisna, Edwin
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
KOMENTAR