Keributan yang terjadi antara Ani Widyastuti, SE dengan Brigadir Tatik Suryaningsih yang bertugas di Ditlantas Polda Jatim tampak ruwet bagaikan benang kusut. Cerita bermula dari hubungan yang terjalin antara Ani dengan suami Tatik, AKP Supriyanto, SIK, di tahun 2007. Ketika itu, Ani berkisah, ia kecurian sejumlah barang perusahaan miliknya yang bergerak di bidang bahan kimia untuk industri.
Ketika melapor ke Polres Semarang Selatan, Kapolres memerintahkan Supriyanto atau Supri yang ketika itu menjabat sebagai Kanit Reskrim Bidang Ekonomi, untuk menyidik kasus itu. Tak hanya menyidik, Supriyanto juga melakukan olah TKP (Tempat Kejadian Perkara) dan melakukan upaya penangkapan terhadap pencurinya, yang ternyata dilakukan secara "berjamaah". Salah satunya berinisial A. "Si A masih terhitung famili saya," terang Ani.
Ketika olah TKP, foto-foto dokumentasi pun dibuat oleh tim Supriyanto. Beberapa di antara foto itu ternyata difokuskan ke arah Ani dan Supriyanto yang tengah berjalan ataupun berdiri berdekatan. Ada pula yang seperti tengah bergandengan tangan. "Hubungan saya dengan Supri terbatas korban pencurian dengan penyidik," tegas Ani.
Penanganan kasus terus berjalan hingga upaya penangkapan orang yang dijadikan Target Operasi (TO) terjadi di bandara. Berhubung hanya Ani yang tahu wajah TO, Ani disertakan Supriyanto ke bandara. Dan karena Supriyanto tak memiliki kewenangan menangkap orang di bandara, lanjut Ani, maka Polres Semarang Selatan bekerjasama dengan Poltabes. "Jadi di bandara waktu itu ada banyak orang. Saat itu situasinya, kan, under cover saat menangkap si A," ujarnya.
Dituduh Selingkuh
Yang mengejutkan, pada 29 Juli 2009 sekitar jam 09.00 pagi, Ani menerima amplop berisi surat pengaduan Brigadir Tatik Suryaningsih ke Kapolri. Surat itu juga ditembuskan ke 20 pihak lain. Satu di antaranya ke Ketua Bhayangkari. Inti surat itu, Tatik minta perlindungan hukum ke Kapolri karena suaminya, Supriyanto, telah berselingkuh, berhubungan intim, dan tinggal serumah dengan Ani di rumah perempuan lajang itu di kawasan Tembalang, Semarang.
Surat untuk Kapolri itu disertai sejumlah foto Ani bersama Supriyanto. "Sebagian foto itu adalah foto yang diambil saat olah TKP di kantor saya di Kadin. Itu gedung besar dan terpadu. Masak, saya dibilang mesra-mesraan? Itu foto memang difokuskan ke arah saya dan Supri. Padahal saat itu banyak anggota tim Supri yang ikut olah TKP. Sakit hati saya. Tatik telah merendahkan diri saya di hadapan para pimpinannya. Dia merusak nama baik, karier politik, dan citra saya sebagai pebisnis," papar Ani berapi-api, saat ditemui NOVA, Rabu (3/8) di Semarang.'
Lagi pula, tambah Ani, "Rumah saya dilengkapi CCTV. Jadi bila benar Supri pernah tidur di rumah saya, pasti terekam CCTV." Yang lebih menyakitkan, lanjut Ani, Tatik menuduh dirinya dalam surat untuk Kapolri itu bahwa penghasilan Supri lari ke kantongnya. "Saya punya bisnis sudah lama. Punya rumah dan aset perusahaan, semua hasil keringat sendiri," ucapnya penuh emosi. Karena tak terima dituduh selingkuh, Ani mendatangi Supriyanto di kantornya untuk minta klarifikasi tentang surat itu. "Supri minta maaf ke saya dan janji akan mengklarifikasi ke istrinya. Supri juga mengaku rumah tangganya bermasalah."
Jujur, kata Ani, secara pribadi dirinya tak punya rasa ketertarikan terhadap suami Tatik. "Eh, apanya yang menarik dari dia? Seperti tidak ada pria lain saja. Teman saya banyak. Saya juga sudah punya calon suami." Meski sakit hati, Ani mengaku sempat melalui pengacaranya memberi kesempatan kepada Tatik untuk minta maaf dan membersihkan namanya.
"Saya tunggu sampai tiga tahun, tapi kesempatan itu tak digunakan Tatik. Andai saja dia minta maaf, masalah selesai. Bayangkan saja, nama baik saya hancur, pencalonan saya sebagai bupati di salah satu kabupaten di Jateng jadi gagal."
KOMENTAR