"Foto: Dok Pemda Sleman "
Yuni Satia Rahayu Bukan Wabup Penyegar
Tekadnya tak hanya ingin menjadikan Kabupaten Sleman menjadi Kota Layak Anak, dan melayani masyarakat dengan meminimalkan birokrasi. Melainkan, Wakil Bupati Sleman Hj. Yuni Satia Rahayu, S.S, M.Hum. ingin memperjuangkan dan memperbaiki kondisi perempuan dan anak. "Angka kekerasan terhadap perempuan di Sleman masih tinggi," tegas Bu Neni, sapaan akrabnya.
Ketika ditemui di suatu pagi, Bu Neni tampak segar kendati tanpa seulas make-up. Di sela perbincangan, NOVA sempat menanyakan berapa kali sebulan Bu Wabup itu pergi ke salon merawat diri. "Seperlunya saja," jawabnya pendek ditingkahi senyum manisnya. Tangannya lalu mengelus rambutnya yang dipangkas pendek.
Namun, ketika disinggung apa alasannya mau maju sebagai calon wakil bupati, mimik wajahnya langsung berubah serius. "Bila ada satu kondisi perempuan bisa mencalonkan diri, kenapa tidak? Paling tidak saya bisa melakukan satu perubahan dari para pemimpin sebelumnya. Dalam visi-misi saya, konsentrasi pada perempuan dan anak," terangnya.
Sebelum akhirnya terpilih menjadi wakil bupati, lulusan S1 Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra UGM (1987-1994) dan S2 Program Studi Kajian Wanita, Fakultas Pasca Sarjana UI (2000-2003), mengaku tak pernah bekerja di instansi mana pun. Sejak 1993, ia aktif di LSM yang berkonsentrasi di bidang pemberdayaan pekerja rumah tangga (PRT), yang 95 persennya adalah perempuan. Karena itu, perempuan kelahiran Ngawi (Jatim) 28 Juni 1968, ini amat gembira ketika akhir 2010 lalu Provinsi DIY mensahkan peraturan gubernur bagi perlindungan PRT. Kini, tinggal disosialisasikan ke tingkat kabupaten/kota di DIY lewat peraturan bupati/walikota. "Peraturan itu fungsinya untuk melindungi PRT maupun majikan," jelasnya.
"Saya tak mau sekadar jadi penyegar suasana. Kehadiran saya di Sleman harus memberi manfaat sebesar dan seluasnya bagi warga," tegas Neni. (Foto:Dok Pemda Sleman) "
SMS & Facebook
Nah, setelah menjabat wakil bupati, Bu Neni tak hanya fokus pada perlindungan PRT semata. "Yang lebih penting lagi, mulai memerhatikan dan memperbaiki kondisi perempuan dan anak. Berdasarkan data provinsi, tingkat kekerasan terhadap perempuan dan perceraian di Sleman itu tinggi."
Selama bertahun-tahun posisi wakil bupati Sleman selalu dijabat kaum pria. Maka, kehadiran Neni pun memberi suasana berbeda dan angin segar bagi warganya. "Wah, saya enggak mau kehadiran saya sekadar jadi penyegar suasana. Kehadiran saya di Sleman harus memberi manfaat sebesar dan seluasnya bagi warga saya. Kehadiran saya harus dirasakan betul manfaatnya," tegasnya.
Salah satu upaya yang dilakukan Neni agar dekat dengan warganya, yakni mau membagi nomor telepon genggamnya kepada warga Sleman agar setiap saat bisa berkomunikasi. "Facebook saya juga bisa diakses warga Sleman, kok. Pokoknya kalau cuma mau konsultasi saja, bisa lewat SMS. Lebih praktis dan cepat." Andai belum puas, warga Sleman bisa berinteraksi dengannya lewat siaran radio, di acara Bupati Menyapa.
"Kadang saya mewakili Bupati bila beliau tak bisa hadir. Bila ada keluhan warga, saya langsung perintahkan staf membantu kesulitan mereka. Jika masih ada komplain, berarti belum beres. Atau saya lupa belum memerintahkan penyelesaiannya. Jika itu terjadi, saya minta maaf dan tolong diingatkan.''
Neni juga tak segan blusukan ke pasar tradsional untuk melihat apa saja yang perlu dioptimalkan termasuk memberi perlindungan terhadap pedagang di pasar tradisional. Harapan Bu Wabup yang tengah menempuh S3 Ilmu Politik, di Fakultas Sains dan Kemanusiaan, Unversitas Kebangsaan Malaysia itu, antara pasar tradisional dengan pasar modern bisa bersinergi.
Rini Sulistyati
KOMENTAR