Menurut ibu satu anak ini, profesi barunya itu dijalani secara kebetulan. Ceritanya, suatu hari ia didatangi seorang ibu yang meminta agar anaknya diajari menulis. Ia dengan senang hati menyanggupinya. Ternyata, hal itu menjalar dari mulut ke mulut. "Setelah makin banyak anggotanya, saya membuat kelab penulis cilik," kata Sofie.
Untuk mengajari teknik menulis, ia membuat jadwal khusus untuk para anak asuhnya sebulan sekali datang ke rumahnya. Untuk meningkatkan semangat menulis, setiap bulan ia menyelenggarakan lomba dengan dengan mengambil lokasi di berbagai tempat, seperti mal atau kebun binatang. Hadiahnya bukan uang, tetapi binatang. "Misalnya, yang menang dapat hadiah kelinci," kata wanita berjilbab tamatan Psikologi Unair ini.
Anak asuh Sofie ternyata tak hanya dari Surabaya saja, melainkan banyak juga yang berasal dari luar Surabaya. Yang membanggakan lagi, ke-175 anak asuhnya tak sekadar menjadikan kegiatan menulis sebagai kegemaran semata, melainkan sudah ada yang sampai membuat buku, seperti Salsabila (11). "Selain mengajari, saya juga jadi 'broker', mencarikan penerbit yang bersedia menerbitkan karya mereka," ujar Sofie bangga.
Sofie, dengan slogan "Dengan membaca kita akan tahu dunia, dengan menulis dunia tahu kita!" berhasil menyemangati para penulis belia ini untuk giat berkarya. Sofie juga mengatakan, berkumpul dengan anak-anak sangat menyenangkan. Ketika anak asuhnya belajar di rumahnya, ia tak memperlakukan mereka seperti di dalam kelas, tapi dengan suasana senyaman mungkin. "Agar anak-anak tidak jemu, saya sering membuatkan makanan dan kami makan bersama. Biasanya suasana jadi riang kembali," tutur istri Jamil Azzaini, yang juga seorang motivator.
Gandhi
KOMENTAR