Toh, ia tak putus asa. Begitu ada kesempatan, ia kembali ke Arab. Apa mau dikata, penyakitnya kambuh setelah 7 bulan di Arab. "Padahal, kepergian yang kedua itu, darah yang keluar dari hidung dan mulut tak banyak. Tapi majikan tetap tak mau menerima. Saya dipulangkan lagi."
Sebelum keberangkatan ketiga, Darsem sempat menikah dengan Hasanuddin, nelayan asal Indramayu. "Setelah nikah, saya kerja jadi petani. Tapi karena hidup tetap susah, saya memutuskan berangkat lagi setelah anak saya lahir." Ketika Safii berumur 9 bulan, Darsem kembali ke Arab. "Waktu saya tinggal, dia baru belajar duduk," kata Darsem yang kaget saat di Kemlu, ada anak yang tiba-tiba lari menghampiri sambil teriak, "Mimi..." Mungkin Safii tahu Darsem adalah ibunya dari foto yang sering dilihatnya. Darsem tak menyangka anak yang dulu ditinggal duduk saja belum benar, kini sudah masuk SD. "Saya terus peluk anak itu. Hati saya tak karu-karuan rasanya...."
Bocah kecil itulah hartanya yang kini tersisa karena sang suami kabur dan menikah lagi. "Sekarang saya cuma mau hidup tenang bersama Safii. Mau ajak dia jalan-jalan." Akankah ia mencoba mengadu nasib yang keempat kalinya? "Ya, kalau tak ada kerjaan di sini dan dapat izin dari keluarga..."
Perjuangan Dawud Tawar meloloskan putrinya dari pisau pancungan dan mengembalikannya ke Tanah Air berakhir bahagia. Ia ingat, saat tak tahu mengadu ke mana, Dawud hanya bisa melaporkan penangkapan anaknya ke kelurahan. "Tapi petugas angkat tangan karena ini, kan, urusan antarnegara," kenangnya.
Titik cerah mulai terlihat setelah media ramai memberitakan nasib Darsem. Ia lantas dibantu pengacara Elyasa Budianto. Pemda Subang dan beberapa LSM pun ikut menggalang "Koin untuk Darsem" setelah ada keputusan Darsem bisa dibebaskan asal ada ganti rugi Rp 4,7 miliar. Dukungan terus menyebar ke seluruh Indonesia. Kabarnya, sampai saat ini sudah terkumpul Rp 1,4 M.
Setelah Dawud dan pengacaranya roadshow ke stasiun teve hingga gedung DPR, akhirnya Pemerintah bersedia membayar uang ganti rugi itu. Lalu untuk apa koin yang sudah terkumpul? "Kalau memang nanti cair, tentu bisa untuk modal Darsem dagang," kata lelaki yang mengaku sudah habis-habisan sampai harus menjual ternak bebek dan kapalnya. "Kalau ditotal, saya sudah habis Rp 24 juta lebih untuk mengurus Darsem."
Entah apa yang terjadi jika "koin" itu tidak jatuh ke Dawud.
Sukrisna
KOMENTAR