Acara Tingalandakem Jumenengan ke-& SISKS PB XIII Hangabehi digelar berdasarkan penanggalan Jawa. Tepatnya tanggal 25 Rajab. Sehingga tiap tahunnya tidak ada tanggal yang tetap. Namun, untuk makin memeriahkannya selalu ada acara yang digelar dua hari sebelumnya. Seperti penganugerahan gelar, Keraton Art Festival, wayang orang, wayang kulit, pementasan seni tari dan budaya. Ada pula bazar dan pengobatan gratis di sekitar kawasan keraton (Baluwarti) bagi masyarakat.
Menurut KP Winarno Kusumo, setiap tahunnya keraton menyiapkan anggaran khusus. "Sekitar ratusan juta. Acara ini butuh Rp 200 juta untuk berbagai keperluannya. Mulai dari sesajen setiap hari, latihan tari, makanan, honor abdi dalem, sewa tarub (tenda), kursi, dan sebagainya. Dana diperoleh dari terkumpulnya sumbangan mereka yang dianugerahi gelar. Selama ini masih bisa mencukupi," ujar Wakil Pengageng Sasono Wilopo Keraton Surakarta Hadiningrat itu.
Kebutuhan paling mencolok yakni untuk sesajen yang memang memakan biaya tak sedikit. Mulai dari buka tutup lampu di Pendopo Ageng Sasono Sewoko, sesajen acara peringatan kenaikan tahta (pepak ageng), sesajen para penari Tari Bedhoyo Ketawang hingga sesajen harian yang diletakkan di setiap sudut Keraton. Belum lagi honor abdi dalem khusus yang memainkan gamelan. Meski ada juga mereka yang rela menerima bayaran seadanya untuk mengabdi kepada Keraton Surakarta.
Keraton Art Festival (KAF) telah diadakan sejak tahun 2009. Selama digelar untuk yang ke-3 kalinya, kerja sama yang terjalin antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Solo dengan Keraton Kasunanan ini mampu menyukseskan misi keduanya. Antara lain, meningkatkan arus kunjungan wisatawan ke Kota Solo dengan daya tarik sebagai kota budaya.
"Di Solo, tujuan wisata utama, ya, Keraton. Kami bersyukur pemerintah dan masyarakat masih banyak yang peduli dan mengakui keraton sebagai sumber budaya Jawa. Melalui KAF, masyarakat akan sadar, keraton tak hanya sekadar peninggalan bangunan dan barang kuno yang mati, tetapi tetap eksis dalam menjalankan tata cara dan upacara adat," ujar KP Winarno.
Ada beberapa perbedaan pada acara KAF setiap tahunnya. Di tahun 2009, banyak terdapat pentas seni. Sementara di tahun 2010 banyak menampilkan pertunjukan warisan budaya keraton yang tangible (kirab koleksi pusaka, artefak, kereta kencana, dll). Juga yang sifatnya intangible (upacara adat, peragaan busana, tarian, dan konser karawitan). Serta kuliner yang biasa disuguhkan di dalam keraton. Seperti, buah siwalan yang dimasak dengan gula aren, pisang raja yang dimasak dengan cara dibungkus daun pisang sehingga mengeluarkan madu, dan sejumlah makanan lain yang saat ini sudah jarang ditemukan.
Festival yang kedua juga menampilkan atraksi budaya seperti demo pembuatan dan perawatan pusaka (keris), atraksi kuliner keraton, paes atau rias pengantin, display batik keraton, serta seni pertunjukan. Namun, semua tetap diselenggarakan di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang terletak di Rt 1/1 Kelurahan Baluwarti, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Sayangnya, penyelenggaraan KAF ke-3 tahun ini acaranya berbeda. Hal itu, lanjut KP Winarno, disebabkan keterbatasan dana sehingga acara dibuat lebih sederhana.
Setiap tahunnya, pihak keluarga besar keraton selalu terlibat. Terutama para cucu PB XII. Juga para penari kolosal yang berasal dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Mereka yang berpartisipasi mendukung acara juga semakin banyak hingga berasal dari luar masyarakat Jawa. "Wajar karena keraton ini adalah yang tertua, terlengkap, dan tereksis dalam menggelar upacara adat."
Ade Ryani
KOMENTAR