Acara dimeriahkan oleh peragaan busana paduan kain batik dan lurik hasil kreasi desainer muda DIY, yang menggunakan materi hasil kerajinan para pembatik dan penenun penerima manfaat dana dari Java Reconruction Fund (JRF). Dana itu dikumpulkan dari para negara donor, yakni Uni Eropa, Belanda, Inggris, ADB, Finlandia, Kanada dan Denmark.
Proyek pemulihan mata pencaharian dilakukan JRF di DIY dan Jateng sejak 2010. Dalam pelaksanaannya, menunjuk dua LSM asing, IOM (International Organization of Migration) dan GIZ (Gesellschaft fur Internationale Zusammenarbeit), untuk melakukan pendampingan. Tujuan proyek ini guna mendukung upaya pemerintah dalam membantu UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) yang terkena dampak gempa di kedua wilayah itu. Akibat gempa, banyak UMKM merugi akibat rusaknya alat produksi, hilangnya mata pencaharian atau kehilangan modal.
Salah satu penerima manfaat pendampingan itu adalah kelompok Batik Kebon Indah di Desa Kebon, Kecamatan Bayat, Klaten (Jateng). Lebih dari 169 perempuan telah dilatih oleh IOM, mulai dari pelatihan proses membatik, membuat pewarna alami sampai pemasaran. Kini, anggota kelompok yang dulunya buruh, menjelma jadi juragan batik yang kreasinya telah sering dipamerkan. "Dulu, saya hanya buruh batik. Perminggu upahnya Rp 5 ribu. Setelah bergabung di kelompok pendampingan, penghasilan saya perminggu bisa Rp 75 ribu," terang Rahayu, anggota Kebon Indah.
Sementara penerima manfaat pendampingan GIZ adalah kelompok petani-peternak Desa Jatimulyo, Bantul. Kelompok ini mengubah kotoran sapi ternak menjadi pupuk organik dengan perantara cacing. Pupuk ini lalu diaplikasikan di sawah mereka, dan terbukti subur serta mampu menekan pengeluaran dan meningkatkan pendapatan.
Rini
KOMENTAR