Tipuk Wirasari Bros Tepung Beras Ketan
Pernahkah terbayang mengenakan perhiasan cantik yang berasal dari tepung beras ketan? Sejak tahun 2008, Tipuk Wirasari (42) sudah membuat aneka aksesori dari tepung beras ketan yang dipadu dengan lempengan besi atau perak bakar. Semula, Tipuk bahkan membuat perhiasan dari adonan roti tawar, meniru kebiasaan Bude-nya yang selama puluhan tahun membuat aksesori tusuk konde dari adonan roti tawar. Sayang, adonan dari roti ini punya kelemahan. "Kalau didiamkan selama proses pengeringan, suka dimakan tikus kecil," tutur Tipuk yang pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Seni Rupa jurusan Desain Grafis Universitas Trisakti.
Kata ibu dua anak ini, dengan bahan baku roti, Bude-nya membuat aksesori seperti tusuk konde dan bros."Hasilnya bisa untuk menyekolahkan anaknya. Tapi ya itu, setelah saya meniru, kok, hasilnya dimakan tikus. Akhirnya saya memodifikasi bahan baku tepung terigu dan bahan lainnya sehingga menjadi adonan yang lebih baik dan tidak dimakan binatang.
"Maunya saya aksesori yang tahan air, lentur dan kuat." Setelah terus membuat formula hingga puluhan kali dan beberapa kali gagal, akhirnya Tipuk menemukan formula yang pas. "Saya menemukan formula dari bahan baku tepung beras ketan," tuturnya. Aksesori itulah yang Mei lalu turut dipamerkan di Balai Kartini dalam ajang Asean Jewellery Expo.
Satu Produk Satu Model
Aksesori yang semula dikeringkan dengan panas matahari, kini dikeringkan dengan oven dengan suhu kira-kira 60 derajat Celsius. Agar mendapatkan warna yang cantik dan bergradasi, Tipuk mengaku awalnya membuat komposisi warna lukisan dengan memakai cat poster. Tetapi kini, ia menggunakan cat minyak yang disemprot dengan bahan yang membuat perhiasannya berkilau.
Hingga saat ini, Tipuk masih melayani pembelian terbatas karena seluruh aksesorinya dibuat handmade. Satu model, satu produk, satu warna. "Kecuali bila minta dibuatkan sesuai contoh dari perhiasan yang sudah ada, saya bisa membuat lagi. Atau sekalian pesan satu set yang terdiri dari bros, anting atau giwang, dan cincin. Kalau membuatnya bersamaan, hasil pewarnaan dan motif bisa sama. "
Produk yang memakai brand Tanduran Banyu ini hanya bisa dibeli melalui pameran atau dipesan via telepon. Tipuk belum tergerak memasarkan produknya secara online. "Produk ini sudah laku sampai ke berbagai daerah, terutama di luar Jawa. Biasanya kalau ibu-ibu pejabat ngambilnya tusuk konde. Perempuan yang mengenakan jilbab mengambil bros. Costumer saya kebanyakan menengah ke atas, ya," terang Tipuk yang kini juga membuka kursus membuat aksesori tepung ketan di rumahnya.
Aksesori yang terbuat dari kawat tembaga atau sering disebut wire, kini tengah digemari. Wire bisa tampil sangat variatif kala dipadukan dengan aneka batu mulia, kerang dan mutiara. Banyak perempuan hatinya "kecantol" pada aksesori kawat wire ini, tak terkecuali Heri Rusmiyati (38).
Heri adalah penyuka aksesori. Saat masih bekerja sebagai staf di UNICEF, setiap hari Heri mengenakan aksesori untuk menunjang penampilan. Tahun 2007, ia mengikuti kursus membuat aksesori di Bogor. Di rumah, ia mempraktikkan keterampilan membuat perhiasan lalu hasilnya dibagi untuk teman-temannya. Kadang juga dijual.
KOMENTAR