Selama ini, bisnis katering identik dengan menyediakan menu-menu makanan orang dewasa. Namun, saat ini bisnis katering tak melulu untuk orang dewasa, melainkan juga ada yang khusus untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Siti Aisyah (21), pemilik katering bayi Nutrikidz mengakui, saat ini usahanya semakin hari semakin berkembang. Padahal, awalnya ia tak menyangka usahanya diminati banyak orang seperti sekarng ini. "Tiga bulan pertama saya buka, nyaris frustasi, sebab tiga bulan itu hanya melayani tiga orang pelanggan saja," kata wanita asal Rengel, Tuban (Jatim).
Menurut Siti, ide membuat katering makanan bayi ini sebenarnya sudah muncul sejak dirinya masih berpacaran dengan Prasetyo (28), pria yang kini menjadi suaminya. Sejak Prasetyo kuliah di Fakultas Ilmu Budaya, Unair, setiap bertemu Siti selalu membicarakan lapangan pekerjaan apa yang bisa kira-kira dilakukan kelak setelah mereka berumah tangga.
Dari berbagai topik yang dibicarakan itu, kemudian muncul ide membuat katering makanan bayi. Gagasan itu ada, selain Siti menyukai dunia anak, juga kebetulan kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat, yang juga mempelajari soal makanan. "Waktu itu kami berpikir, selama ini katering, kan, selalu untuk orang dewasa. Dan rasanya di Surabaya hampir tidak ditemukan katering untuk bayi," timpal Prasetyo yang menemani Siti.
Bila dipikir, lanjut Prasetyo, katering bayi tidak kalah pentingnya, mengingat orangtua harus selalu memenuhi gizi demi tumbuh kembang bayinya. Selama ini, kebiasaan orangtua seringkali malas membuatkan makanan, sehingga mengantinya dengan membelikan bubur bayi instan yang ada di toko-toko. "Padahal, kita tahu sebagus-bagusnya makanan instan, tetap saja ada bahan pengawetnya, dan itu pasti tidak baik bagi bayi," papar Prasetyo yang tinggal Perum Deltasari Indah D. 334, Sidoarjo.
Setelah mereka menikah, ide membuat katering itu kemudian diikutkan dalam lomba planning bussiness yang diadakan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Setelah melalui seleksi yang diikuti ratusan peserta, Siti dan Prasetyo masuk dalam tujuh besar, bahkan kemudian dinobatkan sebagai juara pertama. "Rasanya bangga sekali. Saya tak menyanga bisa sampai terpilih," ujar Siti yang ketika mendapat hadiah uang tunai sebesar Rp 20 juta.
Setelah menjadi juara, Siti dan Prasetyo lantas berpikir, alangkah sayangnya jika usaha katering itu hanya sebagai ide bisnis saja, tapi tidak diwudjudkan. "Dengan tekad bulat, pada 2009 pas kami baru saja menikah, kami membuka usaha ini," kata Siti. Untuk mempromosikan usaha barunya, Prasetyo kemudian membuatkan brosur yang kemudian disebarkan ke rumah-rumah.
Dalam membuat menu makanannya, lanjut Siti, dirinya tak menemui masalah, mengingat ia kuliah di bidang yang pas dengan usahanya. "Apalagi saya juga hobi masak, sekaligus senang dengan dunia bayi," imbuh Siti.
Sayang, rencana itu tak berjalan mulus pada awalnya. Karena belum pernah ada katering bayi di Surabaya, masyarakat belum begitu percaya. Yang sering dijadikan kekhawatiran para ibu-ibu adalah soal kebersihan, mengingat pencernaan bayi sangat sensitif. Namun, hal itu tak membuat Siti dan Prasetyo putus asa. Ia berusaha membuat makanan bayi sebaik mungkin.
Namun, Siti masih ingat persis, pada tiga bulan pertama, ia nyaris ingin menyerah, mengingat hanya punya tiga orang pelanggan. "Jasa antar kateringnya, saya sendiri yang melakukannya, sekalian berangkat kuliah," cerita Siti yang memang masih berstatus sebagai mahasiswa.
KOMENTAR