Dusun Jarum, Bayat, Klaten dulu dikenal sebagai desa tandus. Rata-rata penduduknya bermatapencaharian sebagai petani. Adalah Suyanto, yang sejak 1994 bekerja sebagai pembatik. Barang yang diproduksinya mulai dari bantalan kursi, bedcover, dan lukisan. Sayangnya, gara-gara krisis moneter pada 1988, majikannya terkena imbas dan terpaksa gulung tikar.
"Sekitar 1980-1990-an, desa ini sangat tandus, begitu juga kehidupannya. Ada yang berhasil kerja di kota, tapi lainnya tidak. Cari kerja dan makan saja sulit. Lalu, saya terpikir untuk mengembangkan kerajinan batik kayu. Kalau batik di kain, kan, sudah banyak pasarnya. Batik kayu, selain lebih tahan lama, pembelinya juga banyak dari luar negeri."
Suyanto kemudian perlahan memulai produksi batik kayu. Lalu, pria yang kerap disapa Yanto ini mencari pasar batik kayu. "Saya datangi kantor-kantor, bawa kardus dan tas besar, atau datang ke butik dan hotel. Waktu itu saya ditemani adik naik motor. Pernah motornya rusak di jalan, akhirnya kami tidur di emperan toko. "
Ditolak banyak orang pun jadi hal biasa bagi Yanto, karena dulu batik kayu belum begitu dikenal. "Yang jelas, saya harus mempertahankan motif, konsisten pada kualitas dan pewarnaan. Lama-lama mereka percaya dan makin banyak peminatnya. Sekarang, produk saya sudah masuk ke toko-toko besar di Jogja," papar Yanto yang melabeli produknya Adhimas Asih.
Kini, ada 200 jenis kerajinan yang biasa dibuat Yanto, mulai dari tempat tisu, tatakan gelas, wadah kartu nama, topeng, cermin, baki, funitur bambu, gelang, sandal, dan aksesori. Kayu yang dipakai mulai dari jenis gemelina, albasia, jati putih, mahoni, pule, kayu kembang kenanga, dan akasia. Produk ini sudah dijual ke Jogja, Jakarta, Bandung, Solo, Kalimantan, Bali.
Lalu, apa istimewanya batik di atas kayu? "Proses membatiknya hampir sama, pakai canting. Tapi, membatik di kayu, harus orang yang pintar membatik." Membantik di atas kayu juga dibutuhkan pewarna batik yang biasa digunakan pada kain. "Batik kayu tentu lebih awet dan bagus. Mau pakai warna klasik atau modern, bisa diterapkan semua," kata Yanto.
Yanto pun yakin, prospek kayu batik sangat bagus. "Syaratnya, harus rajin ikut pameran dan menjalin hubungan baik dengan buyer dari luar negeri." Uniknya, Yanto juga melibatkan penduduk sekitar untuk ikut mencicipi rezeki yang didapatnya. "Biar ibu-ibu di sini tak cuma diam, saya ajak mereka membantu membatik, mulai dari awal pengerjaan sampai finishing," ujar Yanto yang sudah 10 tahun jadi Kepala Dusun Jarum.
Noverita
KOMENTAR