Dari namanya saja tentu sudah mengisyaratkan bagi penggunanya untuk tidak melupakan kaos unik asal Semarang ini, baik sebagai oleh-oleh dari Kota Semarang ataupun sekadar penanda sudah mampir dan berkunjung ke Kota Atlas ini.
Pemilik Jolali, Indri Pristiowati (38), menjelaskan, kaos ini dirilis sejak 4 September 2009. Ia melihat, oleh-oleh khas sebuah kota yang bisa tahan lama dan mampu mengenalkan cenderamata "Semarangan" adalah kaos. Akhirnya, ia membuat Jolali. Apalagi, lanjutnya, potensinya cukup besar karena wilayang Semarang dirasa belum terlalu terekspos ke luar daerah.
"Desain kaos yang dibuat, selain mengidentifikasikan Kota Semarang, juga ada beberapa yang nyeleneh seperti kosakata Semarangan atau apa yang sedang terjadi di Semarang. Tujuannya, agar yang ada di luar Kota Semarang bisa bernostalgia kembali dengan Semarang lewat kaosnya," jelas Indri yang bersama suaminya mengelola usaha ini.
Sang suami lah, lanjut Indri, yang membuat semua konsep desain kaos Jolali. "Suami saya memang seorang grafik desainer. Dia dibantu beberapa karyawan mendesain kaos."
Setiap bulannya, Jolali mengeluarkan desain berseri, misalnya seri bangunan, makanan, kosakata Semarangan, dan masih banyak lagi. "Desain kaos Jolali bisa dibilang cukup komplet dan variatif," ujar Indri saat ditemui di gerai Jolali, Jalan Brigjen Katamso No. 20 Semarang.
Harga kaos Jolali Rp 65-75 ribu dengan bahan kaos yang nyaman yakni combed cotton. Untuk ukuran juga tersedia mulai dari ukuran anak-anak S-M-L hingga dewasa ukuran 3L. Pembeli tak perlu khawatir untuk tidak menemukan ukuran yang ada. "Semua ukuran kami sediakan agar semua orang bisa memakainya. Jadi, tidak heran kalau banyak pelancong memilih Jolali sebagai kaos oleh-oleh dari Semarang," jelasnya.
Kelebihan Jolali juga terletak pada desainnya yang cukup informatif tanpa membuat kaos terlihat berlebihan dan tetap bisa dipakai dalam suasana apapun. "Selain desain gambar, biasanya diberi potongan kata yang memberikan sedikit informasi. Misalnya tulisan menmgenai keterangan soal burung blekok yang cuma ada di Srondol, atau asal-usul Semarang dengan desain pohon asam," terang Indri.
Indri bersyukur, ketika pertama kali memproduksi 500 kaos, langsung laku keras. Kini, Jolali sudah memiliki banyak penggemar. "Waktu itu, momennya juga pas pertengahan puasa. Setelah Lebaran, kaos langsung ludes. Masa-masa liburan sekolah atau Lebaran memang waktu yang baik untuk meningkatkan omset penjualabn, " tukas Indri lagi.
Ke depannya, Indri berharap, semoga kerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang bisa segera terlaksana. Sebab, produk Jolali nantinya direncanakan akan digabung di pusat oleh-oleh kota yang ada di Pandanaran, Semarang, dan menjadi salah satu oleh-oleh alternatif dari Semarang.
Swita Amalia Hapsari
KOMENTAR