Kaos Pintar Jogja 1 Kaos = 1 Ilmu
Kaos Pintar atau Smart T-Shirt asal Jogja ini akan sangat membantu para orangtua yang ingin mengenalkan sains secara dini kepada putra-putrinya. Ahmad Taufiqurrahman, pemilik stan Kaos Pintar di Mall Malioboro Lantai 1, mengungkapkan, ide membuat kaos ini diperolehnya dari anak sulungnya, Attaka Awalul Rizki, yang selalu menang perlombaan fisika tingkat daerah, nasional hingga olimpiade di luar negeri.
"Waktu itu, Attaka sedang di karantina untuk mengikuti Olimpiade Fisika di Kroasia. Kemudian, Pak Yohanes Surya yang membawa tim olimpiade ini punya gagasan, ingin membuatkan kaos pintar sebagai suvenir untuk seluruh tim yang ikut olimpiade. Lalu, desain kaos itu saya cetak ulang dan ditawarkan ke pasaran. Ternyata, respons masyarakat di luar dugaan," papar ayah tiga anak ini.
Ditambahkan olehnya, gagasan Yohanes Surya sebenarnya ingin membuat terobosan dalam mengenalkan ilmu matematika dan fisika dengan cara yang lebih menyenangkan kepada teman-teman sebaya Attaka agar lebih bersemangat belajar sains yakni lewat kaos bertuliskan rumus-rumus dan ilmu pengetahuan lainnya. "Dan, terciptalan Kaos Pintar ini."
Kaos Pintar pertama kali diproduksi awal 2011. Menurut Taufik, hanya 25 kaos yang ia buat dengan bantuan alat digital printing. Oleh karena responsnya sangat baik, ia lalu menambah produksinya menjadi 50 kaos. Ternyata, permintaan terus saja meningkat hingga akhirnya diputuskan dibuat menjadi industri produk massal. Apalagi, lanjut Taufik, potensinya sangat baik.
Untuk konsep desain kaos, kata Taufik, semuanya hasil karya buah hatinya, Attaka. Namun, untuk membuat visualisasinya, Taufik bekerja sama dengan teman-teman ISI Jogja. "Setiap bulan saya selalu mengusahakan mengeluarkan tiga desain terbaru. Jadi, sampai saat ini sudah ada 24 desain yang secara kontinyu dicetak di atas kaos untuk ukuran anak-anak hingga dewasa," ungkapnya.
Kecintaan Attaka pada sains berbuah manis, sebab kini produksi Kaos Pintar sudah mencapai 1000 T-Shirt per bulannya. "Untuk memenuhi permintaan pasar yang terus berdatangan, saat ini Kaos Pintar sudah ada di beberapa kota seperti Jakarta di Mall of Indonesia dan Solo di Solo Square, Ground Floor."
Bahkan, Kaos Pintar ini juga tak hanya diminati para pencinta sains di Indonesia, tapi juga di beberapa negara lain seperti Austaralia. Dan, saat ini Taufik sedang membuat desain kaos dalam versi Bahasa Inggris.
"Secara kualitas, bahan kaos dipilih yang terbaik. Harga jualnya Rp 65-85 ribu per kaos. Menurut saya, masih tergolong murah, apalagi bisa sekaligus belajar ilmu sains," ucap Taufik sambil tersenyum.
Beberapa orang bahkan ada yang fanatik pada kaos ini dan terus melengkapi koleksi desain Kaos Pintar. "Ada juga yang bilang, satu kaos satu ilmu. Akhirnya dia jadi pengkoleksi Kaos Pintar," lanjut Taufik lagi.
Satu hal yang menurut ayah Atraka ini lebih penting dari keberhasilan bisnis kaosnya, yaitu unsur edukasi yang bisa membantu anak-anak menghapalkan rumus-rumus dengan cara yang lebih menyenangkan.
Satu lagi kaos unik dan nyeni dari wilayah Jawa Tengah, yaitu SAOS. Dilihat dari namanya, hampir dipastikan seluruh desain kaos produksinya nyeleneh dan jadi daya jual tersendiri. Dirilis sejak September 2010, Aries Adenata, pemilik SAOS, mengungkapkan, SAOS merupakan akronim dari Solo Punya Kaos. Dan ketika sudah lahir merek SAOS, lanjut Aries, kata ini identik dengan rasa. "Akhirnya dipilih tagline Kaos Rasa Solo," ungkapnya.
Menurut Aries, banyak kaos yang gambar desainnya adalah heritage Kota Solo, tetapi di antara produsen kaos yang banyak itu, belum ada merek kaos yang kuat. Sehingga, ia optimis SAOS bisa berkembang dan dapat menjadi salah satu identitas Kota Solo. "Solo sebenarnya banyak memiliki kaos-kaos lokal dengan desain beragam, tapi memang belum ada yang seperti mercusuar. Ini memotivasi saya untuk bisa mengembangkan SAOS seperti Joger di Bali atau Dagadu di Jogja," jelas Aries yang juga seorang penulis.
Saat ini, karena masih tergolong bisnis baru, desain-desain SAOS belum tematis, tetapi masih bersifat mengenalkan. MIsalnya lewat desain Bengawan Solo atau plesetan peribahasa Jawa seperti "Batik Ketitik, Lurik Ketoro".
Berbagai keunikan dari Kota Solo diangkat jadi desain SAOS, harapan Aries, agar para pemakai kaos ini dapat mengenang kembali Kota Solo dan bisa mengobati rindu bagi yang sudah tak bisa mengunjugi Kota Solo. "Unsur heritage sebagai ciri Kota Solo jadi konsep utama karena memang kelokalan Solo yang pengin kami angkat dan jual," papar Aries.
Sebelum memiliki tiga outlet yang tersebar di Solo, SAOS memperkenalkan produknya melalui berbagai acara kesenian dan budaya yang di gelar Pemkot Solo. "Lebih banyak orang luar kota yang tertarik membeli. Segmen pasarnya memang untuk wisatawan domestik dan asing karena setiap ada event besar di Solo, SAOS laris dibeli dan diburu," ujar Aries yang juga ikut membuat konsep desain.
"SAOS sekarang sudah lebih mudah didapat karena baru sebulan lalu buka toko online di www.saos-solo.blogspot.com. Dulu saya sempat menolak banyak permintaan dari Riau, Jakarta bahkan Hongkong karena belum mengerti soal sistem pengiriman," kata Aries saat ditemui di outlet SAOS, Jl. Ahmad Yani 340, Pabelan, Surakarta.
Setiap bulannya, lanjut Aries, SAOS juga mengeluarkan desain-desain terbaru sehingga setiap desainnya dikoleksioleh para penggemarnya Bulan ini, SAOS mengeluarkan desain Seri Solo Bikin Kangen dan Kapan ke Solo Lagi?. Selanjutnya, Aries berharap, bila SAOS sudah benar-benar dikenal dan semakin memasyarakat, akan ada SAOS Seri Nusantara yang mengidentifikasikan seluruh kota yang ada di Indonesia.
"Itu cita-cita saya. Saat ini, saya masih berkonsentrasi untuk segmen lokal dulu, juga ingin mengembangkan SAOS lebih luas dan memiliki outlet di jantung kota, sehingga akses untuk mendapatkan SAOS jadi makin mudah."
Uniknya, SAOS memiliki kekhasan dibanding produk kaos lain, yaitu kaos yang diproduksi 90 persen berwarna hitam dan putih. Hanya 10 persen saja kaos yang memiliki pilihan warna lain seperti biru, kuning dan merah.
Swita A Hapsari / bersambung
KOMENTAR