Kenangan manis yang ditinggalkan putra sulung Ice Maryani, pastinya terlalu sulit untuk dilupakan. Ibu tiga anak ini berkisah, awal April lalu, Teddy bersama istri dan anak semata wayang mereka, menengoknya di Bandung. "Entah kenapa, saya tiba-tiba ingin minta kado ulang tahun ke Teddy padahal seumur-umur saya tak pernah begitu."
Itukah yang disebut firasat dari seorang ibu yang bakal ditinggal pergi selamanya oleh sang anak? Entahlah. Yang jelas, kendati hari jadi Ice baru jatuh bulan Mei, "Saat itu saya sudah minta ke Teddy. Saya sebutkan jenis barang yang saya inginkan dan Teddy langsung menyanggupinya. Katanya, ia akan transfer uang agar saya bisa membeli barang itu. "
Peluk Lama
Rupanya itulah pertemuan terakhir Ice dengan Teddy. "Waktu mau pulang karena harus segera kembali ke tempat tugasnya di Sorong, dia memeluk saya erat dan lama sekali. Tangannya mengelus-elus pundak saya," tambah Ice penuh duka. Oleh sebab itulah, saat mendengar kabar duka yang menimpa putranya beserta anak-istrinya, "Saya enggak percaya. Bahkan waktu istri Kapolres Kaimana mengabarkan pesawat yang ditumpangi Teddy jatuh, saya bilang, Teddy sudah sampai di Kaimana." Lunglailah Ice saat istri Kapolres Kaimana berujar sudah melihat jenazah Teddy.
"Kalau menuruti perasaan, air mata saya rasanya tak akan ada berhentinya. Tapi menangisi kepergian mereka terus, juga tidak baik di mata Allah. Biarlah, mereka sudah tenang di sisi-Nya. Mereka itu hanya titipan Allah. Kenangan memang tak akan pernah hilang. Anggap saja mereka bertugas jauh sekali," ujar Ice sambil menahan air matanya.
Teddy, sang putra kebanggaan, sudah menjadi yatim sejak umur 4 tahun. Sendirian Ice membesarkan Teddy. "Ketika beranjak besar, dia ingin jadi perwira seperti pamannya yang berkarier di Angkatan Laut. Dia memang mengidolakan pamannya. Bedanya, Teddy ingin jadi polisi."
Lulus dari SMAN 9 Bandung, Teddy yang berbadan tinggi tegap, langsung mendaftar di Akademi Polisi di Semarang. Kariernya di kepolisian terus menanjak. Saat bertugas di Polres Solok, Teddy bertemu Irmawati yang kemudian menjadi jodohnya. "Saya lupa persisnya. Tapi antara tahun 2002-2003 mereka menikah di Bukittinggi."
Keberangkatan Teddy ke Kaimana, tutur Ice, dalam rangka memangku jabatan baru sebagai Kabag Operasional Polres Kaimana. "Tapi belum lagi menjalankan tugas itu, Tuhan telah memanggilnya sekeluarga." Sang cucu, lanjutnya, "Seperti sudah punya firasat. Saya dapat cerita, katanya Abi (panggilan sang cucu, Red.) sempat tak mau ikut naik pesawat. Ternyata akhirnya seperti ini. Dia cucu kesayangan. Meski saya di Bandung dan mereka di Papua, kami sering mengobrol di telepon."
Jenazah cucu tercintanya ditemukan Tim SAR Senin (9/5) pagi waktu Kaimana, kala jenazah ayahandanya tengah disemayamkan di masjid Perumahan Graha Raya Regency, Serpong, Tangerang. Kabar itu disambut lega oleh keluarga Ice. Teddy dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta. "Saya bersyukur kepada Allah karena Abi ditemukan sehingga bisa dimakamkan bersanding dengan ibunya di Bukittinggi."
Masalah pemakaman yang terpisah, kata Ice, "Bukannya kami tidak sayang pada menantu dan cucu. Sebagai orangtua, kami bisa memahami perasaan duka dan keinginan orangtua Irma. Makanya waktu mereka menelepon saya dan memohon untuk meminta jenazah Irma dan Abi, ya, kami ikhlaskan. Kami ingin tetap menjalin tali silaturahmi dengan keluarga Irma. Keluarga Teddy berpisah bukan diputus oleh manusia, melainkan diputus oleh Allah." Di mata Ice, Irma adalah menantu yang baik dan ia sayangi. "Dia istri yang baik, pandai mengatur dan menata rumah. Rumahnya bersih dan rapi. Tutur katanya juga lembut."
Kini, kelembutan Irma, kelucuan Abi, dan kasih-sayang Teddy pada Ice cuma tinggal kenangan. Kenangan terindah yang tak akan pernah dilupakan Ice.
Rini Sulistyati / bersambung
KOMENTAR