"Kadang, saat terbangun saat subuh, saya merasa sedih sekali. Tapi kadang saya melihat bayangan Citra sedang tertawa bahagia. Di hati kecil ini, saya terus mengharap dia kembali. Apa pun yang terjadi pulanglah, Nak, kami masih menunggu," tutur Neneng yang ketika itu didampingi mendiang suaminya, Tatang Sudarto. Rindu Tatang kepada Citra akhirnya dibawa hingga ke liang lahat setelah 4 April lalu ia menutup mata selamanyaa akibat perdarahan di otak akibat kecelakaan. Kini, meski tak lagi didampingi suami, Neneng tetap berkeras hati mencari sang buah hati.
Citra dinyatakan hilang sejak 23 Desember 2005. Alumni London School Jurusan Public Relation itu terakhir bekerja sebagai resepsionis ABN Amro Cabang Kemang. Malam sebelum menghilang, ia sempat diantar pulang ke tempat kosnya di kawasan Rawasari, Jaktim, oleh kekasihnya, Zulhan. Esoknya, Zulhan ditelepon rekan sekantor Citra karena gadis itu belum juga tiba di kantor padahal ditunggu untuk rapat.
Bertahun-tahun setelah kejadian itu, Citra tetap raib tak tentu rimbanya. Neneng pun tak juga menyerah mencari putri sulungnya itu. Ibu ini amat yakin, Citra masih hidup. Salah satu petunjuk kuatnya adalah setelah dinyatakan hilang, terjadi dua transaksi di ATM Bank Mandiri pada rekening milik Citra. Sayangnya, bilik ATM itu tak dilengkapi CCTV, sehingga tak diketahui pasti apakah si penarik uang adalah Citra.
Hari-hari belakangan ini, ketika ramai berita tentang orang hilang karena diculik atau dicuci otak dan lainnya, Neneng tak mau berburuk sangka. "Saya terus berdoa dan berserah diri kepada Tuhan. Bila Citra masih hidup tetapi disembunyikan orang, kembalikanlah. Bila telah meninggal, tunjukkan di mana kuburnya," katanya.
Pengalaman dan perjalanan sekian tahun mencari sang putri, mau tak mau membuat Neneng kuat. Ia bertutur, dua tahun pertama hilangnya Citra, ia terus mencari bersama suaminya, "Kami habis-habisan mencari Citra. Hampir 30 orang pintar kami datangi, tapi sedihnya, semua justru muaranya pada uang. Sedikitnya Rp 50 juta sudah habis buat mencari Citra. Tapi tak apa karena anak saya tak ternilai harganya. Yang membuat saya prihatin, tiap kali saya datangi mereka, pertolongan belum diberikan, sudah menyebut imbalan yang harus kami berikan," terang Neneng. Sang suami, lanjut Neneng, bahkan pernah berendam di Kali Tempuran, tempat yang konon pernah dipakai ritual oleh mantan Presiden Soekarno.
Dua tahun mencari tanpa hasil, membuat Neneng bertambah stres dan akhirnya terserang stroke. "Akhirnya, saya disadarkan oleh seorang ulama. Katanya, tak ada sebaik-baik penolong melainkan Allah SWT Karena itu, menginjak tahun ketiga, saya benar-benar pasrah dan berserah diri kepada Allah. Tiap hari saya mohon diampuni dosa, dikasihani, dan diberi petunjuk untuk menemukan Citra," tambah Neneng.
Seolah belum cukup penderitaannya, Neneng kembali terpukul ketika Tatang tewas akibat tertabrak angkot jurusan Sukabumi-Bogor pada 26 Maret lalu. Saat itu, kisah Neneng, mereka menyeberang jalan hendak masuk mobil sehabis makan bersama di sebuah restoran. "Karena kondisi saya pascastroke belum pulih total, suami bermaksud melindungi saya. Tak tahunya, justru dia tertabrak angkot. Jatuhnya telungkup. Tulang tangannya patah. Setelah dibawa ke rumah sakit dan di-rongent, kami putuskan rawat jalan saja. Patah tulang sembuh setelah berobat ke ahli tulang di Cimande."
Di luar perkiraan, ternyata ada pembuluh darah di kepala Tatang yang pecah dan membeku. "Enggak ada keluhan atau tanda-tanda pembuluh darahnya pecah. Makanya kami tenang-tenang saja." Sabtu itu (26/4), papar Neneng, Tatang mengajak makan kepala ikan ke sebuah restoran. "Sebelum berangkat, dia ke kamar mandi. Lama sekali. Tiba-tiba saya dengar suara pintu diketuk-ketuk. Karena tak bisa dibuka, akhirnya didobrak Agus, pembantu kami. Ternyata kondisinya sudah kepayahan. Dia masih bisa mengeluh pusing."
Tatang pun dilarikan ke rumah sakit dan dirawat di ruang ICU RS Bogor Medical Center. Apa mau dikata, "Senin (28/4) dia meninggal. Saya sedih, dia pergi tanpa pernah bertemu dengan Citra yang dirindukannya," sesal Neneng.
KOMENTAR