GotoSovie adalah contoh penjualan tas via onlie yang cukup sukses. Di usianya yang sudah menginjak dua tahun, GotoSovie telah memiliki omset sekitar Rp 140 juta per bulan. Padahal, pasangan Dwisuko Adinugroho (34) dan Ewindha Sari (25) mendirikan GotoSovie tanpa modal sesen pun.
Kala itu, di tahun 2009 Adinugroho atau Andi baru saja keluar dari pekerjaannya sebagai visualisasi film di Jakarta. Keputusan itu diambil karena Andi ingin punya waktu luang lebih banyak bersama istrinya, Winda, di Yogyakarta. Pengantin baru ini pun ingin merintis usaha bersama.
Kendati tak ada modal, tidak menyurutkan niat Andi-Winda untuk berbisnis. Tanpa sungkan mereka menawarkan diri menjualkan tas orang lain. "Ada orang yang bisa membuat tas, tapi enggak bisa jual. Jadi kami ingin bantu menjualkan tasnya," cerita Andi.
Andi pun menggunakan keahliannya di bidang TI untuk menjual tas-tas itu via online. "Tas-tas itu difoto bagus dan cantik, diberi merek, dan dijual dengan konsep web yang gampang," lanjut Andi. Tak lupa ia memanfaatkan jejaring sosial Facebook yang saat itu sedang naik daun. Alhasil, penggemar tas yang kebanyakan wanita itu terus berkembang.
Kini, GotoSovie sudah memproduksi dan mendesain tas dan dompet sendiri. Andi-Winda pun tak menyangka usahanya ini bisa sesukses sekarang. Web-nya, GotoSovie.com, sehari bisa dikunjungi 5000-an orang. Setiap hari sekitar 50 paket pesanan siap dikirim ke hampir seluruh penjuru tanah air.
"Satu paket bisa berisi lebih dari satu barang. Karena biasanya selain beli tas sekalian beli dompet. Sayang, kan, kalo satu paket hanya diisi satu barang" ujar Andi lagi yang kini memiliki karyawan dan perajin tas sendiri.
Dari pengalaman berjualan di dunia maya, Andi mengambil kesimpulan, dalam memulai bisnis lebih baik membangun komunitas secara online terlebih dulu. Setelah menguasai dan bisa menjaga pelanggannya, baru berpikir membuat yang offline atau tokonya.
"Orang biasanya memikirkan modal untuk memulai usaha. Menurut saya, itu salah. Modal cenderung habis di hal-hal fisik. Beli barang, sewa rumah, beli mobil operasional, atau bayar karyawan. Padahal setelah punya bangunan besar, belum tentu bisa mengelolanya," papar Andi.
Jadi, lanjut Andi, "Lebih baik dibalik. Kuasai online-nya dulu, baru offline-nya," imbuh Andi yang memperkirakan penjualan online bisa 3-5 kali lipat dari penjualan offline.
Buktinya, setelah berusia dua tahun, GotoSovie baru mendirikan showroom di Jl Godean Raya (Griya Mahkota D5) untuk melayani pengunjung yang ingin melihat langsung.
Selain itu, lanjut Andi, kiat lain dalam berjualan secara online adalah pelayanan. "Semua pemesanan diproses dengan kualitas terbaik. Secepatnya dan dengan pengirim paket terpercaya."
Dulu, saat masih merintis, Andi-Winda secara bergantian turun tangan menjawab respond pengunjung website-nya. Bahkan kadang mereka sulit keluar rumah atau baru tidur setelah dini hari. Kini, mereka sudah punya sejumlah karyawan yang dibagi ke dalam dua shift sebagai operator untuk melayani permintaan pelanggan.
GotoSovie memfokuskan diri menjual tas wanita yang chic, unik, dan simple. Untuk urusan desain, tren, dan taste yang berbau wanita, Andi menyerahkannya ke Winda, meski Winda pun belajar desain tas secara otodidak. Winda juga bertugas sebagai PR. Kini, Andi-Winda sudah bisa menikmati jerih payahnya. Ada 13 karyawan dan enam perajin tas yang turut menjalankan roda bisnis GotoSovie.
Ahmad Tarmizi
KOMENTAR