Soak Ngalam Bahasa Walikan yang Jadi Trade Mark
Malang, kota yang terkenal dengan bakwan, buah apel dan udaranya yang sejuk ini juga memilki cenderamata berbentuk kaos kata-kata yang tak kalah dengan daerah lain. Sisi menarik dari desain kaos ini adalah penggunaan Bahasa Malangan yang sangat unik.
Mochammad Mistachul Choir (35), Manajer Soak Ngalam (Kaos Malang, Red.) mengatakan, Bahasa Malangan ini memang sangat unik dan sudah ada sejak masa penjajahan. Penggunakan bahasa ini biasanya dibalik, contohnya Kodew (wedok atau wanita), Kera-kera ngalam (arek-arek malang), Ayas (saya), Sam (mas), dan lainnya. "Asal bahasa walikan ini dimulai sejak jaman perjuangan melawan penjajah. Ketika itu, tentara Indonesia menggunakan bahasa walikan sebagai alat komunikasi rahasia antar sesama pejuang. Selain itu, juga bisa dijadikan sarana mengenal kawan ataupun lawan."
Pasalnya, ketika itu banyak mata-mata Belanda yang juga menggunakan Bahasa Jawa. "Dengan penggunaan bahasa walikan, akan meminimalisisr bocornya strategi perjuangan para gerilyawan ke tangan penjajah Belanda. Bahasa itu terus dipakai sampai saat ini," tukasnya.
Efek Kaos
Hal itulah yang kemudian dijadikan ide bagi pemilik Soak Ngalam, Tjandra Purnama Edhi untuk semakin memperkenalkan Bahasa Malangan ini. Didukung dengan desain yang kreatif dan menarik, kaus-kaus produksi Soak Ngalam ini terlihat sangat eye catching. Karena bahasa walikan ini tak dapat dipisahkan dari warga Malang, bahkan sudah menjadi trade mark warga Malang.
Tanggal 17 Desember 2009 merupakan awal kaos ini diperkenalkan. "Sekarang, sudah lebih dari 100 desain yang dibuat. Setiap bulannya selalu ada desain baru, minimal tiga desain. Kaosnya pun mulai dari oblong, polo shirt sampai kemeja. Saat ini, kami juga memproduksi tas, sandal, mug dan aksesoris kecil yang kadang dipesan sebagai suvenir pernikahan."
Satu lagi keunikan kaus produksi Soak Malang adalah penggunaan bahan sablon khusus yang memberikan efek lain terhadap kaos. "Kami menggunakan bahan sablon yang bisa glow in the dark. Saat ini, baru ada dua desain untuk yang glow in the dark," beber Choir yang biasa menjual 300 - 500 kaos per bulan yang dijual Rp 60-75 ribu. "Tapi, untuk hari libur panjang, produksi bisa ditingkatkan sampai tiga kali lipat," tambahnya.
Edwin Yusman F
KOMENTAR