Akhir tahun 2010, bersama beberapa rekan yang memiliki visi dan misi yang sama, Wahyu Hardjanto membuka tempat pendidikan Jasa Boga di Surabaya, di Jalan Kalibokor No. 91. Ayah 3 anak yang akrab disapa Anto ini berharap dapat membantu banyak orang, terutama generasi muda dalam mendapatkan keahlian dan pendapatan.
"Yang sudah memiliki ilmu bahkan punya usaha pun bisa datang ke sini untuk konsultasi. Bisa saja, kan, ke depannya jadi modal untuk menambah penghasilan bagi mereka," ungkap pria yang kerap di undang ke Istana Negara untuk membuat hiasan ukiran buah ini.
Sejak lulus dari sekolah perhotelan ternama pada 1979, Anto meniti karier di berbagai hotel berbintang, juga menjadi pengajar di beberapa sekolah perhotelan di Indonesia. Pengalaman itulah yang kemudian ingin ia bagi kepada orang lain melalui sekolah yang dibentuknya.
"Tak hanya untuk anak muda. Bulan lalu, saya juga bekerjasama dengan sebuah LSM membantu masyarakat pesisir di kawasan Suramadu dalam meningkatkan penghasilan mereka, dengan mengolah hasil laut seperti kerang dan ikan," tuturnya.
Ya, tak seperti sekolah atau tempat kursus memasak lainnya. Di Lembaga Pelatihan Jasa Boga (LPJB) miliknya, masyarakat bisa mendapatkan nilai lebih dari sekadar ilmu masak memasak. "Kami juga mengajarkan kepada murid soal enterpreneurship," ujar pria berambut ikal ini.
Menurutnya, "Kami juga bisa menyalurkan murid-murid yang sudah lulus ke beberapa restoran, hotel atau kapal pesiar. Dengan mengajarkan mereka dasar-dasar enterpreneurship, kami berharap mereka bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri. Kalau pun bekerja di restoran, hotel atau kapal pesiar, kami sudah menyiapkan mereka untuk memiliki keahlian lebih dari sekadar seorang koki. Dengan kemampuannya ini, mereka bisa menjadi chef, lho," beber Anto.
Oktober 2010 adalah awal LPJB hadir di Surabaya, "Jadi belum ada lulusan kami yang bekerja. Meski begitu, berbagai restoran dan hotel sudah menanti lulusan kami," akunya bangga.
Secara keseluruhan, bisa dibilang untuk menimba ilmu di LPJB susah-susah gampang. "Ada dua jenis murid di sini, reguler dan non reguler. Reguler, mereka yang menimba ilmu selama 9 bulan. Tiga bulan pertama dihabiskan di kelas dan ruang praktik. Enam bulan selanjutnya praktik di restoran atau hotel. Sementara yang non reguler, murid yang ikut pelatihan khusus beberapa resep dan dilaksanakan dalam satu hari."
Bagi murid reguler, selama 9 bulan menuntut ilmu di LPJB biayanya Rp 5 juta. Sudah termasuk seragam, buku dan peralatan. Kalau yang non reguler biayanya Rp 250 ribu. Paket non reguler yang kami tawarkan pun tidak kaku.
"Kami juga bersedia mengajar beberapa orang yang ingin belajar resep tertentu sesuai keinginan. Seperti beberapa waktu lalu, ada 5 orang asal Temanggung yang datang khusus untuk diajarkan bikin bakso. Alhamdulillah, sekarang usaha mereka sudah berjalan. Beberapa minggu ke depan mereka akan datang lagi untuk belajar cara membuat saus tomat sendiri," terang mantan murid Sisca Soewitomo ini.
Tak hanya disibukkan dengan mengajar, Anto pun kini mendampingi beberapa pengusaha untuk menjalankan usahanya. "Ada beberapa pengusaha yang datang ke sini untuk berkonsultasi. Mulai dari menu, penampilan makanan, penampilan restoran sampai servis," pungkas Anto yang kini memiliki 15 pengajar di LPJB.
Selanjutnya, Anto berharap mampu melebarkan sayap LPJB ke daerah lain. Selain banyak menerima tawaran dari daerah lain, Anto pun melihat, dunia kulinari Indonesia berkembang pesat beberapa tahun belakangan ini. Tak heran jika saat ini semakin banyak yang melirik dan menjadikan dunia kulinari sebagai sumber penghasilan. Anda berminat menjadi salah satunya?
Edwin Yusman F
KOMENTAR