Desa Janti, Polanharjo, Klaten memang dikenal sebagai daerah pemancingan. Tak heran, karena air di kawasan ini amat jernih dan selalu mengalir. Di atas tanah seluas 5.500 meter inilah pasangan Hj. Ernawati dan H. Nurmiyanto (40) membuka lokasi Pancingan 1000 Taman Air, Oktober 2007.
Sebelumnya, pria yang kerap disapa Nur ini pernah membuka tempat pemancingan, pada 1991 dengan nama Pancingan 10 di atas tanah 600 meter. Bapak dua anak ini rela menjual Vespa miliknya seharga Rp 1,2 juta demi membuka binis pancingan.
"Modal yang saya keluarkan sekitar Rp 10 juta. Dari uang itu, dibangun gubuk-gubuk. Untungnya, di sini airnya banyak dan jernih, jadi cocok dijadikan lahan bisnis pemancingan," papar Nur. Diakui Nur, tahun 1985-1995 adalah puncaknya warga sekitar membuka bisnis pemancingan di Desa Janti.
"Tanpa diduga, tempat itu makin lama makin ramai, sampai tidak mampu lagi menampung pengunjung." Tahun 1996, Nur kembali membeli tanah di luar desa, lalu membuka usaha pemancingan kedua, pada 1993 dengan nama Pancingan 100. "Tempat lama masih buka, tapi sudah agak sepi karena pengunjung memlilih ke tempat saya yang baru. Apalagi akses masuknya lebih gampang."
Karena dirasa tempat kedua pun sudah tak bisa lagi menampung pengunjung, Nur pun kembali membeli tanah yang lebih luas dan memberinya nama Pancingan 1000 Taman Air. Fasilitas yang disediakan pun lebih legkap. Mulai dari kolam renang yang luas, water boom dan taman air.
"Tempat baru harus tampil beda. Saya juga harus berani ambil risiko bikin tempat pemandian sekaligus pemancingan. Jadi menambah daya tarik sendiri." Kendati Nur menamakan tempat wisatanya waterboom, tetapi ia mengaku wahana untuk keluarga ini hanya berupa kolam renang kecil saja. "Istilahnya, papan luncur dan kolam renang. Di sini, anak-anak juga bisa menangkap ikan kecil yang disebar di kolam," papar Nur.
Di tempat ini, pengunjung bisa menikmati aneka sajian ikan sambil berlesehan santai sekaligus memancing ikan di kolam yang disediakan. Alat memancingnya pun sudah disediakan di sini. Menu ikan yang ditawarkan Nur cukup beragam, antara lain ikan bakar, ikan goreng, ikan pepes, ikan acar maupun ikan bumbu asam manis.
Sayangnya, usaha wisata air yang dibuat Nur, kini sudah ada yang menirunya. Namun, Nur percaya, rezeki sudah ada yang mengatur. Oleh karena itu, Nur berpikir ingin kembali membuat sesuatu yang baru dan beda. "Saya sudah beli tanah lagi yang lebih luas. Kosepnya sama, tapi perbandingan untuk wahana bermainnya akan lebih besar dibanding yang ada sekarang," papar Nur.
Yang jelas, Nur mengaku, harus mengantisipasi lonjakan pengunjung. "Hari-hari ramai pengunjung biasanya saat libur sekolah dan kenaikan, akhir pekan dan hari raya. Kadang-kadang pengunjung sampai enggak bisa bergerak saking penuhnya. Mau duduk saja harus rebutan. Apalagi kalau Lebaran, banyak yang datang dari luar kota, seperti dari Solo, Jogja, dan Jakarta."
Karena itu, tiga bulan sebelum datang hari libur panjang, Nur sudah mulai menanam bibit ikan di kolamnya "Ikannya harus ada terus, enggak boleh kosong. Saya menabur bibit ikan dibantu petani setempat. Biar enggak kelabakan pas banyak tamu," paparnya
Kini, dengan tiga lokasi pemancingan dan satu wisata pemandian yang dimilikinya, Nur dibantu 60 karyawan. "Saya enggak pernah menyangka, perkembangan usaha wisata seperti ini bisa berkembang pesat. Tahu-tahu tabungan saya sudah banyak saja, ha ha ha... Kata orang, saya termasuk bisa membaca situasi dan memanfaatkan sumber daya alam dan manusia, sehingga bisa mencetak uang di desa ini," tutur Nur bangga.
Noverita K. Waldan
KOMENTAR