Selly Yustiawaty (27) akhirnya tak berdaya ketika ditangkap di Hotel Amaris, Kuta, Bali Sabtu (26/3) lalu. Janda beranak satu ini pun kini resmi menyandang status tersangka atas ulahnya melakukan sejumlah penipuan.
Saat digelandang ke Polres Bogor (Senin, 28/03) lalu, teman-teman Selly ketika bersekolah di SMU Muhammadiyah 18 Jakarta, datang menjenguk. Tak sekadar memberi dukungan secara moril dan persahabatan, mereka juga siap menjadi tim kuasa hukum atas tindak pidana yang dituduhkan kepada Selly.
Seperti dituturkan Ramdan Alamsyah, sang pengacara yang juga teman satu grup saat SMU dulu, kondisi Selly baik-baik saja dan santai menghadapi pemeriksaan oleh penyidik. Awalnya, Selly memang kaget melihat kehebohan wartawan menyergap dirinya. Ia sempat panik. Namun, ketika melihat teman-teman yang ia kenal, Selly malah menangis. Ia mengaku sedih karena ternyata masih ada orang yang ingat, perhatian, dan mau membantu masalahnya.
"Kami mendukung untuk kondisinya saat ini, bukan perbuatannya. Kami memang dekat dan teman baik saat SMU. Reaksi pertama Selly, ia meminta maaf kepada seluruh teman yang pada awalnya meminjamkan uang, tapi kecewa dengan perbuatannya," ujar Alam. Meski demikian, pihak kepolisian tetap menganggap perbuatannya sebagai tindak pidana. Terlebih, semua unsur kejahatan sudah terpenuhi.
Hingga pemeriksaan kedua berlangsung, Selly tetap berdalih hanya meminjam uang, bukan sengaja melarikannya, seperti yang dituduhkan kepadanya selama ini. "Dia memang kenal baik dengan semua teman yang ia pinjami uang. Bukan sengaja melarikan, karena memang akan dikembalikan. Intinya, dia meminjam uang secara pribadi untuk kebutuhan hidupnya dan senang-senang. Dia suka traktir teman makan, nonton, karaoke dan jalan-jalan," tutur Alam lagi.
Alasan Selly untuk pinjam uang bisa beragam. Dari butuh duit hingga untuk modal usaha. Mulai dari bisnis ponsel CDMA murah, pulsa elektrik, hingga untuk pengobatan orangtua. Karena berjanji akan mengembalikannya dalam jumlah lebih, mereka pun terperdaya. Ketika uang tersebut habis dan diminta kembali, kondisi Selly yang tidak bekerja membuatnya mengulur waktu dengan berbagai dalih. "Beberapa korban yang kenal dengan keluarga Selly langsung melapor ke ayahnya, lalu dilunasi utangnya," kata Alam. "Yang penting, ada bukti peminjaman, seperti struk transfer dari ATM."
Saat SMU, Selly tergolong murid cerdas dan berprestasi. Ia juga punya band dan jago bermain keyboard. Namun, ia tak menyelesaikan SMU karena di drop out saat kelas 3 SMU akibat ketahuan menggelapkan uang SPP.
Kini, Selly jera dan ingin berubah. Bahkan siap menuliskan kisah hidupnya dalam bentuk novel. Ia pun mengaku berani menghadapi konsekuensi hukum, termasuk jika sampai harus dipenjara. Ia berharap masalahnya bisa cepat selesai.
"Kami dan orangtua Selly mendukung solusi ini. Dia sudah mengakui kesalahannya dan berusaha untuk menyelesaikan. Meski jumlahnya tidak seberapa, dia tetap mau bayar, kok." Momentum ini, lanjut Alam, dianggap Selly sebagai kesempatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
"Soalnya, selama ini ia mengaku bingung untuk menyelesaikannya. Dia sudah berniat mengembalikan uang yang dipinjam tapi terlanjur merasa malu dengan predikat 'penipu cantik' yang dilabelkan media padanya. Ia juga merasa terhukum secara sosial dengan tekanan tersebut. Karena takut dan enggan bersosialisasi pula, Selly sengaja menghilang untuk menghindari masalah."
Ade Ryani
KOMENTAR