Kabar yang beredar di sekitar rumah kontrakan, Mel tega membunuh anaknya karena soal materi. "Kabarnya, saat itu Agnes sedang punya uang banyak. Katanya, sih, uang itu untuk bayar uang muka mobil. Nah, mungkin Nenek pengin menguasai uang itu," jelas seorang tetangga yang enggan disebutkan jati dirinya.
Logikanya, selama ini hidup Mel tergantung dari Agnes. "Jadi, tak mungkin, kan, sumber hidupnya malah dia matikan? Apalagi, selama ini Nenek juga kelihatan akur dengan Agnes."
Aneka dugaan memang muncul, kenapa sang bunda tega mencabut paksa nyawa buah hatinya. Ada yang bilang, Mel perlu uang untuk beli ganja karena ia sudah lama menggunakan narkoba jenis itu. Cerita lain menyebutkan, Mel sakit hati karena diusir Agnes. Kalaupun benar nyawa Agnes harus melayang gara-gara masalah uang, materi memang sering membutakan mata. Termasuk mata hati Mel...
Kisah hidup Agnes sebenarnya sudah sedih sejak ia kecil. Karena pisah dari sang ayah semasa kecil, hingga kini Agnes dan Budi tidak dekat. Agnes kecil bersama ibunya semula tinggal menumpang di rumah kakaknya, Anggi, di Jl. Jambu, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Setelah itu, Agnes dan ibunya pindah dari kontrakan satu ke kontrakan lain, tapi masih di seputaran Jagakarsa.
Agnes kecil, menurut Budi, tak ada yang istimewa. "Anaknya, sih, cenderung pendiam." Meski demikian, lanjut Budi, Agnes sangat luwes. Dia bisa bergaul dengan siapa saja. "Teman-temannya banyak." Agnes juga suka memelihara binatang. Terbukti, di samping rumahnya ada kandang anjing.
Bisa jadi hobi Risma menurun dari orangtuanya. Maklum, Budi dan Mel memang paling suka memelihara binatang, khususnya merpati. "Bahkan dulu, kalau adu balap merpati kami pergi bareng-bareng. Dia suka adu merpati, juga dari saya."
Sebelum tinggal di Jagakarsa, pasangan ini tinggal di Kebon Sirih, Jakarta Pusat. "Kami juga pernah tinggal di Cipanas. Bahkan saat di sana, kami punya kuda," tambah Budi.
Sayang, karena tak ada biaya, Agnes tak bisa melanjutkan sekolah. Ketika kelas dua SMP YPK, tiba-tiba ia tak lagi masuk sekolah. Mel memang tak punya penghasilan tetap. Kegiatan sehari-hari hanya adu balap merpati. "Sesekali, sih, dia pernah nyopir angkot. Nenek (panggilan Mel) memang anak jalanan. Dia suka jalan-jalan."
Sejak tak sekolah, Agnes justru bertekad jadi tulang punggung keluarga. Ia terpaksa keluar malam untuk menghidupi keluarga. Beruntung, kepandaiannya berbahasa Inggris membuat Agnes mudah bergaul dengan orang asing. Bahkan belakangan ini Agnes berteman dekat dengan Kendy, warga Singapura yang tinggal di Jakarta.
Setelah "kerja malam" kehidupan Agnes mulai berubah. Tak hanya barang-barang pribadi yang bertambah, Agnes juga bisa membeli motor. Bahkan kabarnya, sebentar lagi akan membeli mobil. Sayang, jalan hidup Agens cuma sampai di sini.
Sukrisna
KOMENTAR