Bencana yang memakan banyak korban jiwa dan harta benda ini terutama amat dirasakan di kawasan Jepang bagian utara. Kerusakan terparah akibat tsunami ini dialami warga di Sendai, Kyodo, sekitar 370 Km dari tenggara Tokyo. Kota itu luluh lantak sehingga 70 ribuan penduduk terpaksa mengungsi. Bahkan menurut kabar terakhir, sekitar 200-300 mayat ditemukan di daerah ini.
Kondisi mencekam pun tidak terelakkan karena guncangan terus berlangsung dan sebagian daerah dimatikan aliran listriknya. Belum lagi udara dingin yang hingga Maret ini masih terasa di Jepang. Yang tak kalah menakutkan adalah kecemasan warga akan kemungkinan terjadinya radiasi akibat kebocoran reaktor nuklir yang selama ini digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik. Pemerintah Jepang telah menetapkan darurat nuklir untuk salah satu reaktor nuklirnya di Fukushima, Tohoku, sekitar 250 kilometer sebelah utara Tokyo. Setelah digoyang gempa dengan kekuatan 8,9 skala Richter, reaktor nuklir nomor 2 di pembangkit Fukushima 1 yang dikelola Tokyo Electric Power Co. ini mengalami masalah pada fasilitas pendingin sehingga harus dimatikan demi keamanan.
Meski telah dimatikan, matinya sistem pendingin masih "kritis" karena reaktor nuklir yang sudah dimatikan masih memerlukan proses pendinginan. Untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk, pemerintah telah meminta warga yang tinggal di radius kurang dari 3 Km dari reaktor nuklir harus mengungsi ke radius yang aman.
Semoga ketakutan itu tak menjadi kenyataan...
Saat bencana datang, Bayu Indrawan (25), seorang warga Indonesia yang terperangkap dalam keadaan mencekam di Jepang, tengah asyik melakukan eksperimen di laboratorium kampusnya. Mendadak, mahasiswa Tokyo Institute of Technology ini merasakan getaran gempa yang keras sebanyak dua kali. "Kami semua dievakuasi ke luar gedung."
Di luar, gempa terus terjadi. Kondisi yang kacau balau itu membuat seluruh transportasi umum (bis, kereta, taksi) dihentikan serentak. Keadaan ini membuat Bayu dan teman-temannya bertahan di kampus hingga pukul 00.20 waktu setempat. Banyak mahasiswa lantas memilih menginap. Namun, banyak pula yang memaksa pulang dengan berjalan kaki, meski akses jalan raya terputus. "Sekarang saja masih sering terjadi gempa skala ringan dan terlihat evakuasi korban di mana-mana," cerita Bayu yang berhasil dihubungi Jumat (11/3) malam.
Bersama rekan di Dompet Dhuafa Jepang, ia juga langsung menghimpun bantuan untuk disalurkan ke pengungsian di Sanjomachi, Sendai. Terutama karena banyak mahasiswa yang kuliah di Tohoku University. "Sayang, transportasi benar-benar lumpuh, kereta tidak bisa beroperasi, jalan tol ditutup, jadi kami belum bisa apa-apa. Hanya pasrah menunggu di kampus."
Jejaring Doa Untuk Negeri Sakura
Simpati dan doa mengalir deras untuk para korban tsunami Jepang. Dari para pesohor lokal, ucapan duka cita dan keprihatinan terus bermunculan, terutama di jejaring sosial Twitter. Salah satunya, Andra Ramadhan, gitaris sekaligus pentolan grup Andra and The Backbone. "Stay strong and safe for everyone in Japan who recently experienced the huge earthquake..," tulis Andra di akun Twitternya, @glamfather. Sherina (@sherinamunaf) pun berharap sama, "I hope all my friends are okay." Ekspresi sedih pun terlihat dari posting-an Rianti Cartwright (@riantic), "Sedih nonton berita ttg gempa di Jepang."
KOMENTAR