Lewat komik Admiranto Wijayadi (34) merasa dapat menyalurkan kreativitasnya. Padahal, dalam kurun waktu 2002-2004, Anto sempat mencicipi pekerjaan sebagai story board artist di sebuah perusahaan iklan. Di sela-sela pekerjaannya, ia berkumpul dengan kawan-kawan pencinta komik yang menamakan dirinya Masyarakat Komik Indonesia (MKI). "Saya memang suka komik. Kebetulan saya suka dan bisa menggambar," kata alumni Sinematografi, IKJ ini.
Anto belajar teknik menggambar antara lain dari teman-temannya. Saat libur, ia terus mengasah kemampuan menggambar. "Saya membuat ilustrasi dan komik. Awalnya bikin komik fotokopian. Pernah juga saya menawarkan komik ke penerbit, tapi ditolak," kenang Anto.
Meski begitu, Anto tak kecewa. Ia terus bikin komik sampai karyanya dimuat di Majalah Koin. Ia membuat komik hitam putih dengan karakter superhero bernama Zenit. Ia mengaku gambarnya masih kurang bagus. "Saya terus memperbaiki kualitas gambar, sampai secara teknik sudah benar. Saya sudah menemukan pola menggambar, tapi belum mendapatkan ritmenya," ujar pria asal Malang ini.
Bagi Anto, untuk mendapatkan ritme, berarti ia harus bekerja sebagai ilustrator. Anto yang pernah membuat superhero Zimbion dan Cylon ini terus mencari informasi tempat kerja yang cocok. Atas saran teman-teman yang memuji keindahan gambarnya, Anto memasukkan karyanya ke galeri online Deviant Art. Media ini kerap dilirik industri komik dunia.
"Ternyata, gambar saya mendapat apresiasi yang bagus. Banyak tanggapan dari dunia internasional. Saya pertama kali mendapat order dari penerbit di Perancis," kata Anto yang kemudian bergabung dengan sebuah studio di Singapura. Order dari dunia internasional makin mengalir. "Saya membuat kartu-kartu, ilustrasi game, cover dan masih banyak lagi."
Anto terus belajar. Baik teknik menggambar sampai teknik memenuhi permintaan klien. Karena makin terbiasa, ia pun sudah menemukan formulanya. Yang luar biasa, ia mendapat order dari dua penerbitan raksasa di Amerika yaitu DC Comics dan Marvel. Ia membuat karakter desain, pin up, sampai membuat gambar komik dalam satu buku. "Saya sebagai penciller atau gambar pensil, tinta dan pewarnaannya dikerjaan orang lain. Memang begitu tradisi pembuatan komik dunia," papar Anto.
Gambarnya yang apik menghiasi komik Hercules Thracian Wars, Warhammer: Cover Art, Wichblade Trinity Blood on the Sand, Darkcless. "Selanjutnya, saya lebih banyak membuat konseptual desain. Selain itu, saya sudah menggambar puluhan cover. Selama ini, order tidak pernah putus," kata Anto yang sudah bekerja sama dengan lima penerbit dunia termasuk DC dan Marvel.
Tak puas sampai di situ, bersama teman-temannya Anto membuat karya sendiri. Dengan naskah yang ditulis rekannya Gerald Harimata, Anto berperan sebagai head artist dan menghasilkan karya berjudul The Helliger. Sungguh luar biasa, komik anak bangsa dengan cerita universal ini berhasil diterbitkan penerbit besar Amerika tahun lalu. Bahkan, Anto dan timya langsung disodori kontrak untuk membuat komik sepanjang 10 judul. "Pokoknya, hasil dari komik ini bisa menghidupi banyak orang," kata Anto yang membuat lengkap mulai komik, games, animasi
Agar bisa bekerja dengan tenang, sudah setahun ini Anto memilih pulang ke kampung halamannya di Malang. Ia pun mengajak beberapa kawannya terlibat dalam proyek internasional ini. Menurut Anto, profesi sebagai komikus internasional, sangat memadai untuk sandaran hidup. "Untuk proyek pendek misalnya membuat cover, honornya 250 dolar. Untuk komik panjang seperti Herculles, saya menerima ribuan dolar."
Untuk menghimpun kreativitas anak muda di kotanya, Anto menggagas berdirinya Malang Illustrator United. Sampai sekarang sekitar 60 anak muda bergabung. Secara berkala, mereka datang ke rumah Anto. Anto pun membagi ilmu. Ia merasa senang, "Beberapa teman sudah berhasil juga dapar order komik dan membuat beragam ilustrasi," kata bapak dua anak yang akan terus menekuni dunia komik ini.
KOMENTAR