Nasi Koyor Mba Tum
Saat Jalan Peterongan pada dini hari, sempatkan mencicipi Nasi Gudeg Koyor Mbak Tum. Meski penampilannya sederhana, warung milik perempuan asal Purwodadi yang sudah berjualan sejak 1991 ini tak pernah sepi pembeli.
Di hari-hari biasa, warung yang buka sejak jam 5 sore hingga jam 3 pagi ini dikunjungi sekitar 500 pembeli. Dalam sehari, Mbak Tum membutuhkan sekitar 30 kilogram koyor (urat sapi) dan 40 kilogram beras. Sedangkan, di malam Minggu warungnya bisa "hidup" hingga subuh. "Paling ramai, ya, bulan puasa," tukas Mbak Tum yang juga menyediakan menu nasi gudeg dengan lauk ayam, telur dan babat sapi.
Satu porsi nasi koyor dibanderol Rp 10 ribu, terdiri dari gudeg, koyor, kerecek dan kuah sambal. Jika ditambah telur bumbu, harganya Rp13 ribu.
Untuk memperluas usahanya, Mbak Tum sudah membuka cabang di depan Rumah Sakit Jiwa di Jalan Mojopahit, yang beroperasi dari jam 3 sore hingga jam 12 malam.
Ada satu tempat yang menawarkan menu asem-asem balungan kambing nan lezat. Namanya, Pondok Makan Sederhana Mbak Endang yang terletak di Jalan Majapahit. Tepatnya di dekat jalan layang Gayamsari.
Sekali mencoba menu spesial ini, dijamin akan bikin ketagihan. Cita rasa asam, pedas dan manisnya, juga aroma gurih kaldu tulang kambingnya terasa pas di lidah. Endang, yang sudah berjualan aneka masakan sejak 1987 ini mengakui, dirinya menciptakan sendiri masakan asem-asem balungan kambin. "Isinya iga, sumsum dan tulang lutut kambing, saya masak degan bumbu asem-asem," ungkapnya.
Meski tak mau dibilang spesial, terbukti depot Endang selalu ramai dikunjungi pembeli. Bahkan, Endang mengaku sulit menyediakan tempat duduk yang memadai. Akhirnya, tak jarang pelanggan yang datang tak kebagian kursi lalu membungkus makanannya.
Seporsi nasi asem-asem balungan kambing dibanderol Rp 17 ribu. "Tapi saya cuma bikin 5 kilogram balungan saja perhari," ungkap Endang. Satu lagi kelebihan warung Endang, selain lezat, tempatnya dikenal resik. Tak heran, pelanggannya terus bertambah.
Laili Damayanti / bersambung
KOMENTAR